198. Lukas 24:13-35 – Di Jalan Menuju Emaus
(bacalah teks ini terlebih dahulu dengan baik dan cermat!)
Kisah yang indah
Semua ahli Kitab Suci mengakui bahwa cerita tentang penampakan Yesus ini merupakan salah satu cerita terindah dalam Injil Lukas. Dapat dipastikan bahwa Luk menyusunnya dengan cermat sekali. Ia menyebut nama desa tujuan kedua murid Yesus, nama seorang dari mereka, lalu menggambarkan berbagai perasaan mereka: Berwajah sayu mereka berhenti di perjalanan, dengan jujur mereka akui bahwa berita yang dibawa oleh perempuan-perempuan membuat mereka kaget, lalu mereka mengenang Yesus sebagai pribadi yang sungguh-sungguh berhasil mengobarkan hati mereka.
Kisah bersuasana khas
Dibandingkan dengan cerita terdahulu (24:1-12), kisah ini diliputi suasana agak tenang. Di dalamnya terasa keteduhan musim semi pada sore hari, kehangatan percakapan serta kehadiran Yesus yang sudah mulia.
Tidak mengherankan bahwa banyak biarawan pada malam hari suka bedoa seturut kata-kata kedua murid dari Emaus itu, “Tinggallah bersama kami, ya Tuhan, sebab senja sudah mendekat dan hari sudah surut.”
Kisah penting dalam Injil Lukas
Namun lewat kisah menarik ini Lukas ingin menyampaikan sejumlah hal yang menurut dia penting untuk diketahui, direnungkan, dan diresapi umat Kristen.
Pertama, kisah ini berperan sebagai “jembatan penyeberangan” antara cerita tentang kubur kosong (24:1-12) dan cerita penampakan Yesus kepada rasul-rasul (24:36-53). Kubur kosong menimpulkan shock dalam diri rasul-rasul. Kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka menimbulkan shock juga. Tetapi, kedua kejutan itu justru dilembutkan oleh cerita panjang dan menarik tentang kedua pejalan ini.
Kedua, kisah ini berperan sebagai semacam “ringkasan” berbagai cerita. Luk berhasil mempersatukannya dalam satu kisah ini. Tetapi, setiap kali ia menampilkan salah satu “cerita pendek” itu, ia melengkapinya dengan suatu makna yang baru. Di sini Luk bercerita mengenai dua orang yang berjalan menuju Emaus. Mereka mempercakapkan apa yang telah terjadi di Yerusalem. Mereka menceritakan pula apa yang dilaporkan oleh perempuan-perempuan. Perempuan-perempuan itu sudah mengalami “Yesus” sebelumnya, baik kebangkitan-Nya maupun sabda-Nya melalui dua malaikat. Pengalaman itu mereka sampaikan kepada komunitas pengikut Kristus di Yerusalem. Pengalaman yang aneh itu kemudian diceritakan oleh komunitas itu kepada kedua pejalan tadi, sebelum mereka berangkat ke Emaus. Biarpun masing-masing cerita itu sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri, Luk menyatukanya secara artistik, sehingga berbicara banyak.
Ketiga, Luk menggabungkan “rangkaian” cerita ini dengan tema yang selalu menjadi perhatiannya. Sambil menceritakan kembali apa yang telah terjadi, kedua pejalan itu mengartikan kejadian itu pula. Dengan cara yang unik itu, Luk memperkenalkan kepada pembaca proses terjadinya tradisi sekitar kebangkitan. Dari awal mulanya umat Kristen mengartikan kematian dan kebangkitan Yesus! Sebelum wafat, Yesus membicarakan kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi, setelah Yesus bangkit, rasul-rasul semakin mulai menyadari bahwa – sesuai dengan Kitab Suci – Mesias harus menderita untuk dapat masuk ke dalam kemuliaan. Jadi, tradisi itu diresapi pula sabda Allah dalam Kitab Suci.
Belajar menangkap makna
Kisah ini boleh dipandang sebagai contoh proses yang dilewati umat Kristen seudah kebangkitan Yesus. Mereka belajar mengerti peristiwa-peristiwa yang mereka saksikan serta belajar memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi karena pengalaman mereka berbeda dengan keyakinan mereka terdahulu. Kebangkitan Yesus menyinari kematian Yesus, sabda-sabda-Nya, bahkan isi Kitab Suci, dengan cahaya yang sama sekali baru.
Dalam usaha mencari arti dan maknanya harus terjadi dua macam “buka mata,” yaitu buka mata terhadap teks-teks suci dan buka mata perhadap Yesus sendiri. Seandainya mereka tidak punya Taurat Musa dan kitab-kitab para nabi, mereka barangkali tidak pernah akan mampu memecahkan banyak masalah yang berkaitan dengan Yesus. Dan hal ini berlaku sampai sekarang. Tanpa mengenal Kitab Suci, mustahillah manusia mengenal Yesus yang diwartakan oleh Gereja.
Jasa Lukas
Lukas berjasa dalam satu hal lagi. Lewat kisah yang menggambarkan proses itu tadi, ia ingin menyadarkan pembaca bahwa pengalaman dan interpretasi peristiwa yang berkaitan dengan Yesus bukan hanya penting demi tersusunnya sebuah cerita yang dapat dipakai sebagai bahan pewartaan, melainkan lebih penting lagi demi terbentuknya jemaah Kristen sendiri. Pembentukannya mengalami berbagai tahap, yaitu pengalaman perempuan-perempuan, pengalaman Petrus dan raul-rasul yang menengok kubur, pengalaman kedua murid dalam perjalanan ke Emaus.
Tetapi pembentukan itu terwujud akhirnya berkat “Yesus yang dibangkitkan.” Baru setelah melewati berbagai pengalaman, para pengikut Yesus siap menyambut Yesus sendiri.