169. Yesus dielu-elukan oleh murid-murid-Nya (Lukas 19:35-38)

(bacalah terlelbih dahulu perikop di atas!)

Tuhan memerlukannya – 19:34
Lukas mengulang ucapan ini kiranya dengan sengaja untuk menegaskan kesadaran Yesus. Yesus tahu apa yang dilakukan-Nya dan buat apa itu dilakukan-Nya. Ia maju untuk menghadapi Yerusalem dengan berani.

Mereka membawa keledai itu – 19:35
Kata mereka ini mengacu kepada dua murid yang diutus oleh Yesus. Mereka pun membentangkan pakaian di atas anak keledai itu.

Pakaian 19:35
Di sini dimaksudkan pakaian luar, yaitu jubah.

Menolong Yesus naik – 19:35
Dengan menyebut Yesus, cerita Luk menjadi lebih jelas. Kata menolong naik dipakai Luk pula dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik (10:34).
Yesus naik anak keledai serupa dengan Raja Salomo pada hari penobatannya (1Raj 1:33-40). Ia tidak naik kuda yang biasanya dipakai oleh para perwira tinggi. Yesus memang tuan, tetapi kedudukan itu tidak diperoleh-Nya lewat kekerasan ataupun tindakan militer.

Menghamparkan pakaiannya di jalan – 19:36
Dalam ayat ini, kata mereka tidak mengacu lagi kepada kedua murid yang disebut sebelumnya, tetapi kepada murid-murid lain. Penghamparan pakaian di jalan mengingatkan kebiasaan masa kini (permadani merah di lapangan terbang) pada saat penyambutan kepala negara asing. Orang-orang sekeliling menghamparkan pakaiannya selama perjalanan Yesus itu berlangsung.
Berbeda dengan Mrk (11:8), Luk tidak berkata apa pun tentang penyebaran ranting-ranting hijau dari ladang. Sebab ranting-ranting itu dapat saja diartikan sebagai ungkapan harapan akan kedatangan raja dalam arti nasional.
Seluruh adegan ini mengingatkan dari penobatan Raja Yehu, “Segeralah mereka masing-masing mengambil pakaiannya dan membentangkannya di hadapan kakinya begitu saja di atas tangga, kemudian mereka meniup sangkakala serta berseru, “Yehu raja!” (2Raj 9:13).

Di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun – 19:37
Maksudnya jalan menurun di sebelah barat gunung itu yang mengarah ke Lembah Kidron. Lewat catatan ini Luk menyebut lokasi di mana untuk pertama kalinya Yesus dielu-elukan sebagai raja.

Semua murid yang mengiringi Dia – 19:37
Lukas memperkenalkan “perjalanan Yesus ke Yerusalem” sebagai suatu proses semakin bertambahnya jumlah orang yang mengikutinya. Dalam Mrk 11:8 disebut “banyak orang” saja, dan mereka tidak disebut “murid.” Catatan ini kontras sekali dengan apa yang dikatakan dalam 18:31-34 tentang ketidakpahaman Kedua Belas Rasul.
Kerumunan atau “jumlah besar para murid” itu tampil di sini sebagai suatu kelompok yang bersatu, sehingga mungkin dimaksudkan sebagai lambang Gereja (Kis 4:32; 6:5) yang menggetahui “semua tindakan-kuasa yang mereka lihat” (Kis 10:37 dst). Kalau memang demikian, maka seluruh adegan ini mengacu kepada Yesus sebagai pribadi yang diakui raja oleh murid-murid-Nya.

Bergembira dan memuji Allah – 19:37
Bergembira adalah tanggapan manusia terhadap kunjungan Allah (1:14; 2:10; 6:23; 8:13; 10:17,20; 13:17; 19:6).
Ungkapan memuji Allah dipakai Luk juga dalam 2:13,29; 18:43; 24:53, dan barangkali dimaksudkan sebagai pengganti sorak “Hosana” yang muncul dalam Mrk 11:9. Seluruh adegan puji-pujian ini ditujukan kepada Allah atas karunia-Nya dalam diri Yesus bukan suatu glorifikasi Yesus sendiri (Kis 2:22; 10:38).

Segala mukjizat yang telah mereka lihat – 19:37
Luk maksudkan di sini semua mukjizat yang sudah terjadi. Kata Yunani dunameis dapat diterjemahkan juga tindakan-kuasa, sebab itulah sesungguhnya arti kata Yuhani itu. Kuasa yang diberikan Allah kepada Yesus, dipakainya sebagai tanda datangnya Kerajaan Allah. Yesus dielu-elukan karena tindakan-tindakan kuasa-Nya. Itulah motif utama seluruh usaha murid-murid-Nya dalam adegan ini.

Terpujilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan – 19:38
Kutipan dari kitab Mazmur (118:26) ini ditambah oleh Luk dengan kata raja yang tidak muncul dalam Mrk 11:9. Bahwa Yesus memang raja, sudah dapat disimpulkan dari kata-kata yang dipakai Luk dalam 1:32 dan 18:38,40.
Kata-kata pujian yang disuarakan oleh rombongan pengiring Yesus pada waktu itu, memang berbeda dalam masing-masing Injil. Markus: “Hosana! Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, terpujilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang mahatinggi.” Matius: “Hosana bagi Anak Daud, terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi.” Yohanes: “Hosana! Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”
Dalam teks Luk ini, kata raja harus diartikan menurut makna perumpamaan dalam 109:11-27. Perumpamaan Yesus itu dibuka oleh Luk dengan kalimat, “Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.” Luk tidak berbicara pula tentang kerajaan Daud yang sedang datang, sebab ia memikirkan Kerajaan Yesus sendiri, kerajaan sejati yang pasti menghasilkan damai bagi rakyat.

Damai sejahtera di surga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi – 19:38
Pada waktu Yesus lahir, para malaikat memuji-muji Allah, katanya, “Kemuliaan bagi Allah di ketinggian, dan damai di bumi.” Para malaikat mengadakan perbedaan antara “damai di bumi” dan “kemuliaan di surga.” Tetapi, dalam periode terakhir kehidupan Yesus di bumi, murid-muid-Nya – menurut Luk – memahami Yesus sebagai manusia ilahi. Damai yang dibawa oleh Yesus ke bumi ini adalah damai ilahi, damai sejati. Damai itu searti dengan penyelamatan dari Allah. Sekali lagi perhatian Lukas terpusat pada Allah yang tampak dalam diri Yesus. Sayang sekali, damai itu akan ditolak oleh sebagian penduduk kota Yerusalem (19:42).