Minggu, 06 Pebruari 2022 – PB V
C-071 – Yes. 6:1-2a.3-8 – “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam” (ay 5)
DARI HIDUP BERSAMADI MENUJU HIDUP AKTIF
- Yesaya bukan seorang mistikus melainkan seorang nabi. Pada awal karyanya di hadapan umum ia mengalami sekurang-kurangnya satu penglihatan atau suatu perjumpaan yang tidak terelakkan dengan Allah. Pada saat itu Allah menunjukkan kepadanya kehadiran serta kekuasaan-Nya.
- Kebesaran seorang nabi terletak terutama dalam keagungan hidup rohaninya. Yesaya berkhotbah mengenai keadilan sosial yang merasa atau menilai politik yang dijalankan negaranya terhadap negeri-negeri asing. Ia ngeri melihat, betapa terinjak-injaklah kehormatan Allah di kalangan saudara-saudara sebangsanya. Penglihatan permulaan ini diungkapkan dalam istilah-istilah yang berlatar belakang gambaran-gambaran dan cara pengungkapan yang lazim di masa kehidupan nabi (abad ke-8 sM). Yang jelas ialah bahwa penglihatan itu bertujuan rangkap, yaitu mengungkapkan transendensi ilahi serta maknanya. Patut dicatat, bahwa seruan “Kudus, kudus!” yang kita kenal dari perayaan Ekaristi merupakan kutipan kata-kata malaikat dari penglihatan Yesaya ini dan sekaligus menggambarkan dekatnya Allah pada manusia.
Luk. 5:1-11 – “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (ay 4)