183. Berjaga-jagalah! (25:13)
Berjaga-jagalah – 25:13
Kalimat terakhir teks ini menegaskan sekali lagi intisari sepuruh perumpamaan. Komunitas Kristen yang dikenal oleh Matius mendua hatinya: Mereka sangat mengharapkan kedatangan Yesus dan sekaligus sedih karena Tuhan menunda kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Maka, Matius mengajarkan mereka bahwa penantian bukan suatu masa kosong, bukan pula tanda bahwa sejarah penyelamatan tidak maju-maju, melainkan suatu masa yang seharusnya diisi dengan persiapan yang intensif. Tuhan pasti akan datang! Maka, perlu berjaga-jaga jam demi jam, hari demi hari
Sesungguhnya, seruan untuk berjaga-jaga ini adalah kesimpulan yang ditambah Matius sendiri pada perumpamaan Yesus. Mungkin saja ia mengambilnya dari perumpamaan tentang tuan rumah yang berjaga-jaga (Mat 24:42), sebab dalam konteks tersebut ucapan Yesus ini cocok sekali. Dalam teks ini kalimat akhir perumpaan ini tidak terlalu cocok. Sebab ternyata gadis-gadis bijaksana pun kurang berjaga-jaga; mereka pun tertidur. Jadi, berjaga-jaga di sini bukan tidak tidur, melainkan siap dengan minyak secukupnya pada saat kedatangan Tuhan.
Kamu tidak tahu hari maupun saatnya – 25:13
Dalam bagian terakhir perumpamaan ini (ay 10-13), pengantin pria hampir sepenuhnya mewakili Kristus. Ia disapa sebagai Tuan atau malah Tuhan sebagaimana lazimnya Ia disapa oleh umat Kristen sesudah kebangkitan-Nya. Jawaban pengantin, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Aku tidak mengenal kamu,” adalah jawaban Kristus sendiri yang menjalankan fungsi-Nya sebagai hakim eskatologis. Tentu saja, keputusan tegas Kristus ini tetap merupakan suatu misteri yang tidak terselami dan tidak terpahami manusia. Tetapi, keputusan manusia, ciptaan Allah, yang berani menolak Allah, juga tidak masuk di akal. Siapa yang berani menolak Allah? Manusia yang bodoh saja yang serupa dengan gadis-gadis yang bodoh itu. Mereka sendiri membuat diri mereka terkucil!
Dalam kitab Wahyu, gambaran pelita yang padam adalah lambang melapetaka yang dialami Babel (Why 18:21-23).
Lain sama sekali nasib gadis-gadis yang bijaksana. Mereka menyambut pengantin dengan penuh kasih persiapan, maka mereka diterima dengan kasi pula. Merekalah sesungguhnya “pengantin wanita” yang disambut dengan penuh kasih oleh pengantin pria. Merekalah lambang komunitas Kristen yang baik, yang senantiasa mencintai Kristus dan dicintai oleh Kristus.