Minggu 10 Nopember 2019, HIDUP SESUDAH MATI

BACAAN

2Mak 7:1-2.9-14 – “Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal”
2Tes 2:16-3:5 – “Semoga Tuhan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik”
Luk 20:27-38 – “Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup”

 

RENUNGAN

  1. Orang-orang Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan. Siapa mereka? Mereka keturunan imam Zadok (2Sam 8:7; 1Taw 6:8); mereka menjadi kelompok inti para imam yang menjalankan ibadat Bait Allah di Yerusalem setelah masa pembuangan (Yeh 40:46), kelas kaum ningrat yang mencakup imam dan awam kaya raya. Mereka tidak percaya akan kebangkitan, sebab mereka hanya berpegang teguh pada huruf hukum Taurat Musa, di mana tidak berbicara tentang kebangkitan.
  2. Terhadap keyakinan orang-orang Saduki tersebut, Yesus memberi jawaban: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan” (Luk 20:34-35). Kondisi orang yang sudah meninggal jelas berbeda dengan kondisi dengan ketika ia hidup di dunia ini. Mereka seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah karena mereka telah dibangkitkan.
  3. Hanya dalam Kristus, kita memiliki jaminan kehidupan sesudah mati, ketika kita mampu menanggapi cinta Allah. Untuk mampu menanggapi kasih Allah ini, kita perlu merawat kehidupan kita dengan baik lewat cara hidup sehat, dan tidak melakukan perendahan martabat hidup, seperti “menyantap” narkoba dan mencemari hidup kita dengan berbagai dosa. Hidup kita bukan milik kita, tetapi milik Allah, maka sudah sepantasnya kita mengisi hidup ini secara bertanggungjawab. Hidup kita sesudah kematian akan sangat ditentukan oleh hidup kita sekarang ini. Yakinkah aku?