Senin 7 Oktober 2019, Santa Maria Ratu Rosario, BERIMAN BERARTI MENGAMPUNI DAN MENGASIHI

BACAAN

Yun 1:1-77; 2:10 – “Yunus siap melarikan diri dari hadapan Tuhan”
Luk 10:25-37 – “Siapakah sesamaku?”

 

RENUNGAN

  1. Pertanyaan seorang ahli kitab kepada Yesus hanyalah merupakan cara untuk menjerat, menyalahkan dan menghukum Dia. Untuk keselamatan kekal, mereka mengandalkan kekuatan mereka sendiri dengan cara menepati hukum-hukum.
  2. Yesus menghendaki perubahan hukum secara total. Tidak cukup hanya hidup berdasarkan hukum-hukum, tetapi Ia menghendaki kita memiliki cinta persaudaraan, mencintai orang lain, mencintai siapa saja tanpa memandang siapa mereka, sebagaimana telah Ia tunjukkan di kayu salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Tuhan berkata: “Inilah perintah-Ku kepadamu: kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh 15:17). Bahkan terhadap musuh sekali pun, kita harus mengasihi: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44).
  3. Iman sangat perlu untuk memperoleh keselamatan. Ahli Kitab tersebut, sebenarnya, memiliki iman hanya masih harus diwujudkan dalam tindakan kasih yang nyata. Iman justru diwujudkan oleh seorang Samaria yang baik hati, padahal orang Samaria dianggap sebagai musuh orang Yahudi. Iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Rasul Yakobus menegaskan: “Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong” (Yak 2:20). Iman yang diwujudkan dalam kasih, seperti telah dibuat oleh orang Samaria, telah membawa kepada kehidupan kekal. Kristus mengundang kita untuk mengikuti-Nya lewat: memberi dan berbagi kasih. Kita diajak untuk keluar dari “sarang nyaman” kita untuk memperhatikan orang lain yang membutuhkan. Sanggupkah aku mewujudkan imanku?