Kamis 26 September 2019, St. Cosmas dan St. Damianus, PERTOBATAN HATI

BACAAN

Hag 1:1-8 – “Bangunlah rumah Tuhan, dan Aku akan berkenan menerimanya”
Maz 149:4a – “Tuhan berkenan akan umat-Nya”
Luk 9:7-9 – “Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan DIa ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?”

 

RENUNGAN

  1. Keinginan Herodes untuk melihat Yesus tidak didasari iman atau motif pertobatan. Selama di dalam penjara, Yohanes Pembaptis selalu mengingatkan Herodes untuk bertobat. “Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia” (Mrk 6:20). Namun demikian Herodes selalu menunda untuk bertobat. Kita perlu bertobat setiap hari. Tidaklah cukup kalau kita mengatakan bahwa kita telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat, tetapi tidak ada pertobatan. Sebagai orang beriman, kita harus menghidupi kehidupan baru, membarui pilihan untuk selalu setia dalam Kristus dari hari ke hari. Apakah aku siap bertobat dari kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahanku, dan ingin semakin dekat dengan Tuhan?
  2. Pernahkah melihat wajah sendiri lewat cermin? Dari wajah yang terlihat di cermin, kita mesti berani bertanya: “Siapakah aku sebenarnya? Apakah yang telah, sedang aku lakukan untuk diriku? Apakah kebenaran itu bagiku?” Herodes mengakui satu kebenaran: “Yohanes telah kupenggal kepalanya.” Dari kebenaran tersebut, sebenarnya, merupakan awal pertobatan dan penerimaan akan belas kasih Allah dalam hidupnya. Semua yang ia dengar tentang Yesus membuat suara hatinya gelisah. Namun demikian ia tidak pernah mau bertobat. Pertobatan selalu diawali dengan menerima semua kegagalan, kecenderungan untuk jahat, dan dosa-dosa. Herodes tidak pernah membuat langkah untuk ke sana. Bagaimana dengan aku?
  3. Tuhan mengajarkan: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:1). Melihat dan memiliki Allah merupakan hasil dari pertobatan setiap hari. Ajaran Tuhan tersebut merupakan janji akan kedamaian hati, kebahagiaan yang sebenarnya, dan kehidupan kekal. Itulah kepenuhan hidup yang dirindukan oleh manusia. Namun manusia tidak sungguh-sungguh dalam usaha menggapainya.