Selasa 17 September 2019, JANGAN MENANGIS!

BACAAN

1Tim 3:1-13 – “Penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, … Ia harus dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, dan cakap mengajar orang;”
Luk 7:11-17 – “Jangan menangis!”

 

RENUNGAN

  1. ”Jangan menangis!” Dalam hidup ini banyak alasan untuk putus asa. Begitu banyak kesulitan tidak dapat ditangani oleh manusia, khususnya ketika hal tersebut menyangkut hidup atau mati. Banyak kali kita pun tidak bisa membantu orang lain. Tetapi Yesus memberi pandangan lain: “Jangan menangis!” Kuasa-Nya yang tanpa batas membebaskan kita dari keterbatasan manusia. Lagi pula, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom 8:28). Ia bertindak sebagai Penebus. “Jangan menangis,” merupakan sebuah perintah. Kitab Wahyu menyatakan: “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita” (Why 21:4). Janda di Nain telah menerima anugerah tersebut. Kita layak memiliki harapan terhadap anugerah Kristus tersebut.
  2. ”Hai pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Dalam menghibur, Yesus tidak hanya menyingkirkan emosi kita. Ketika kita kehilangan orang yang kita kasihi, kita benar-benar sedih. Kristus datang untuk memulihkan apa yang telah hilang. Ia bertindak untuk menyingkirkan penyebab duka dan derita, “sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” (Kel 15:26). Itu yang dikatakan-Nya kepada janda di Nain. Ketika Yesus mengatakan “Jangan menangis,” Ia tidak menuduh si janda tersebut terlalu cengeng dan emosional, sebaliknya, Yesus penuh kasihan terhadapnya karena kehilangan anak lelaki satu-satunya. Dalam Yesus kita harus memiliki pengharapan, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan” (Rom 14:8).
  3. ”Tuhan telah mengunjungi umat-Nya.” Pada kelahiran-Nya, Anak Allah yang mengambil kodrat manusia kita dinamai “Emmanuel,” Tuhan-beserta-kita. Penyelamat kita menyejajarkan diri-Nya dengan kita tidak hanya dalam kehidupan, tetapi juga mengambil dosa-dosa kita dan memberikan hidup-Nya untuk menebus kita. “Allah telah mengunjungi umat-Nya” bahkan terhadap para pendosa: mereka yang mati karena dosa-dosa mereka.