Minggu, 1 September 2019, Hari Minggu Kitab Suci Nasional KRISTUS, TAMU YANG MENUNTUT

BACAAN

Putra Sirakh 3:17-18.20.28-29 – “Rendahkanlah dirimu, supaya kaudapat kkarunia di hadapan Tuhan”
Ibr 12:18-19.22-24a – “Kamu sudah datang ke Bukit Sion, dan ke kota Allah yang hidup”
Luk 14:1.7-14 – “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan”

 

RENUNGAN

  1. Yesus diundang makan malam di sebuah rumah orang Parisi, dengan tujuan untuk mengamati dan menyelidiki Dia secara cermat, dengan harapan mereka menemukan kesalahan dalam diri Yesus. Namun Yesus juga mengamati para tamu yang berusaha duduk di tempat yang paling terhormat. Dari sini Yesus membalikkan arti dihormati dan ditinggikan. Mengundang Yesus masuk dalam kehidupan kita selalu berarti berani membuka diri terhadap tantangan-Nya, yaitu berani mengubah diri menuju kepada hidup suci dan rendah hati. Kepada kita, Tuhan akan menyatakan kelemahan-kelemahan kita dan menantang kita untuk menjadi lebih baik.
  2. Hidup suci dan rendah hati sungguh tidak mudah, karena kecenderungan kita yang egois dan sombong. Namun demikian, Yesus mengajarkan bahwa rendah hati merupakan pintu gerbang menuju kebahagiaan. Kalau kita hanya terpaku pada “mencari tempat terhormat,” justru kita akan kecewa. Allah tidak pernah memberi ganjaran kepada orang yang cinta diri. Orang yang cinta diri hanya mengharapkan ganjaran dari dunia ini yang berupa kehormatan, kekayaan, kekuasaan, kesenangan, yang tidak memuaskan jiwa yang merindukan Allah. Allah akan mengangkat kita kepada kepenuhan hidup dalam diri-Nya, jika kita berani turun dari singgasana egoisme dan kesombongan kita.
  3. Jika kita rendah hati dan melayani Tuhan, maka tentang ganjaran kita serahkan kepada Tuhan: Ia akan memberikan tempat terbaik bagi kita sesuai dengan rencana-Nya. Ganjaran dari Allah selalu lebih baik daripada apa yang diberikan oleh dunia, karena Ia menjanjikan kehidupan kekal dan sukacita di surga. Memang kita tidak tahu persis ganjaran itu konkretnya seperti apa, namun kita tetap harus berjuang bukan semata-mata demi ganjaran di dunia ini. Kalau kehidupan ini seperti perjamuan pesta, maka waktu kita selama di dunia ini merupakan pembangkit selera makan (appetizer). “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9).