Selasa 16 Juli 2019, KITA BISA MEMILIH: GANJARAN ATAU HUKUMAN
BACAAN
Kel 2:1-15a – “Anak itu diberi nama Musa, sebab ia telah ditarik dari air”
Mat 11:20-24 – “Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu”
RENUNGAN
1. Berkat dan tanggungjawab.
”Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak dituntut” (Luk 12:48). Setiap berkat yang kita terima mendatangkan tanggungjawab. Tindakan-tindakan besar Allah yang dibuat di Korazim dan Betsaida tidak menggerakkan hati orang-orang Israel. Karena itu, mereka yang melihat tindakan-tindakan tersebut memiliki tanggungjawab yang lebih besar daripada mereka yang tidak melihatnya. Yesus mencela mereka dengan tujuan untuk membangunkan jiwa mereka yang sekarat. Mukjizat-mukjizat Tuhan telah tidak menggerakkan mereka untuk beriman. Bagi mereka Tuhan telah menyediakan hukuman yang berat. Jangan-jangan mereka itu adalah kita. Lebih baik mana: menunggu siksa hukuman atau bertobat?
2. Tujuan: penyesalan dan pertobatan.
Tujuan dari semua tanda yang dibuat Yesus adalah untuk menciptakan perubahan hati. Bahkan dalam Perjanjian Lama, mukjizat dan karya-karya ajaib Yahwe bertujuan untuk memperolehkan tanggapan iman dan kepercayaan dari bangsa Israel. Bahaya bagi Israel, dan bagi kita sekarang ini, adalah menganggap biasa dan sepi tanda-tanda yang dari Tuhan, bahkan kita menuntut lebih banyak tanda. Dengan demikian kita kehilangan tujuan yang akan mengarahkan kita kepada pusat kehidupan, yaitu Kristus. Seperti Herodes, kita terpesona terhadap mukjizat-mukjizat Yesus, tetapi tidak ingin mengubah hidup kita. Yesus tidak pernah membuat mukjizat agar orang hanya terkesan, tetapi bertujuan untuk mengubah hati agar kembali kepada Allah atau membawa setiap hati untuk semakin erat bersatu dengan-Nya.
3. Ganjaran atau hukuman.
Kita akan mendapat ganjaran atau hukuman tergantung dari tindakan-tindakan kita. Karena Allah melihat dan mengetahui dengan sempurna diri kita, maka pengadilan Allah bersifat apa adanya. Hal ini seharusnya mendorong kita untuk segera bertobat dan bermurah hati terhadap Allah dan memusatkan seluruh perhatian pada kehendak-Nya. Dengan demikian Allah akan mengganjar setiap perbuatan baik kita, bahkan yang paling kecil sekali pun. (MS)