Senin 15 Juli 2019, St. Bonaventura, KASIH MERUPAKAN TUNTUTAN
BACAAN
Kel 1:8-14.22 – “Marilah kita bertindak terhadap orang Israel dengan bijaksana, agar mereka jangan semakin bertambah banyak”
Mat 10:34-11:1 – “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”
RENUNGAN
- Banyak orang merasa puas diri dan damai karena prestasi yang diperoleh, namun sering tidak memikirkan bahaya yang akan ditimbulkannya, antara lain menjadi sombong atau angkuh. Ini disebut damai palsu atau semu, karena damai semacam ini hanya memuaskan diri sendiri dan bisa membuat kita abai terhadap nilai-nilai penting, yaitu: Allah, iman, bahkan keluarga. Yesus datang ingin membalikkan damai palsu ini karena bisa membutakan mata hati kita, sama seperti ketika Tuhan membalikkan meja-meja dalam Bait Suci (bdk Yoh 2:15). Tuhan ingin mengusir dari hidup kita apa saja yang bertentangan dengan kebaikan Allah dan martabat kita, sama seperti Tuhan mengusir para pedagang dari dalam Bait Suci.
- Tidak ada yang berarti di hadapan Allah. Artinya tak ada satu makhluk pun, bahkan orang tua kita, dapat membawa kita kepada kepenuhan hidup dan kebahagiaan, kecuali Allah sendiri. Allah ingin agar kita mengasihi Dia, bukan karena Ia membutuhkan kasih kita, tetapi karena kita membutuhkan Dia. Allah merupakan realitas dan tujuan obyektif, maka kita harus bergerak dari yang subyektif menuju yang obyektif tersebut. Maksudnya: menyesuaikan standard kita dari yang semata-mata kodrati menuju kepada yang adikodrati, yaitu Allah yang kekal.
- Barangsiapa memberi segelas air kepada saudara kita yang paling kecil, takkan kehilangan upahnya. Yesus menunjukkan bahwa Ia memanggil kita untuk mengasihi Allah tanpa menyingkirkan orang lain. Menempatkan Allah sebagai pribadi yang kita cintai di atas segalanya, tidak berarti kita boleh menyingkirkan cintakasih terhadap ibu dan bapak, saudara, atau saudari. Dengan cinta kepada Allah, kita belajar bagaimana mencintai orang lain sebagaimana mereka layak untuk dicintai. (MS)