Sabtu 6 Juli 2019, PUASA DAN PESTA
BACAAN
Kej 27:1-5.15-29 – “Yakub menipu saudaranya dan merampas berkat anak sulung”
Mat 9:14-17 – “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita salama mempelai itu bersama mereka?”
RENUNGAN
- Menciptakan lapar demi Allah. Puasa memiliki tempat khusus dalam jalan menuju kekudusan. Dengan berpuasa, jiwa lebih peka terhadap gerakan Roh Kudus. Berpuasa berarti juga menghilangkan nafsu-nasfu kedagingan untuk lebih bersungguh-sungguh lapar akan Allah. Bangsa Israel mengalami lapar di padang gurun sebelum mereka layak menerima roti manna yang turun dari surga. Dengan praktek penyangkalan diri, kita akan menemukan kesediaan jiwa untuk menerima kerbat anggur yang baru. Lewat doa, Tuhan mencurahkan anggur baru Kerajaan Allah.
- Hidup secara baru dalam Kristus berarti meninggalkan cara hidup lama. “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor 5:17). Cara hidup lama tidak bisa disatukan dengan cara hidup baru, karena keduanya justru akan rusak. Kita mengaku sebagai orang beriman, rajin ke gereja, berdoa, tetapi suka marah-marah, mengancam dan balas dendam. Mana sebenarnya pilihan hidup kita?
- Diperlukan ketegasan: apa yang harus kita tinggalkan? Yesus menghendaki kita bahagia, maka kita harus memilih apa yang membuat kita bahagia, damai dan sukacita. Musa berkata kepada bangsa Israel: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup ….” (Ul 30:15-16). Kita harus memilih antara kehidupan dan kematian, dan tidak bisa mencampur adukkan keduanya. (MS)