Minggu, 23 Juni 2019 – HR TUBUH dan DARAH KRISTUS HIDUP YANG BERBAGI
BACAAN
Kej 14:18-20 – Melkisedek membawa roti dan anggur”
1Kor 11:23-26 – “Setiap kali makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan”
Luk 9:11b-17 – “Mereka semua makan sampai kenyang”
I. SEJARAH HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Yang Mahakudus (Sanctissimi Corpus et Sanguis Christi) dirayakan secara umum oleh Gereja di seluruh dunia sejak tanggal 8 September 1264. Lewat ajaran yang berjudul “Transiturus de hoc mundo”, Paus Urbanus IV menetapkan bahwa perayaan pertama kali ini diadakan pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus, dengan tujuan untuk mengenang Perjamuan Tuhan pada setiap Kamis Putih.
- Jauh sebelum penetapan tersebut, sebenarnya perayaan untuk menghormati Tubuh dan Darah Kristus sudah terjadi lebih dahulu di Keuskupan Liège (Belgia). Mgr. Robert de Thorete, Uskup Liege Belgia pada tahun 1246 memutuskan perayaan Tubuh dan Darah Kristus untuk seluruh keuskupannya. Keputusan penting ini diambil sesudah Uskup meyakini kebenaran tentang penampakan yang diterima oleh Santa Yuliana dari Mont St.Cornillon Belgia. Pesan yang diterima dalam penampakan itu adalah sebagai berikut : “Tuhan Yesus menghendaki agar misteri Tubuh dan Darah-Nya dihormati secara khusus karena semakin banyak umat beriman meragukan kehadiran-Nya yang nyata dalam Sakramen Mahakudus.” Pendangkalan iman membuat Gereja menjadi lesu. Banyak orang berpaling kepada bidaah (ajaran sesat, menyimpang) dan praktek paranormal. Pada zaman itu di Eropa, ada bidaah Berengarianisme, yang menyangkal kehadiran nyata (realis praesentia : roti itu sungguh Tubuh Kristus) Kristus dalam Ekaristi. Selain itu umat beriman akan mendapatkan kekuatan hidup baru dari Tubuh dan Darah Kristus sehingga semakin teguh di jalan keutamaan. Sikap tidak hormat dan penodaan terhadap Keagungan Ilahi dalam Sakramen terkudus hanya dapat dipulihkan berkat adorasi yang tulus dan mendalam terhadap Sakramen Mahakudus.
- Atas permintaan Paus Urbanus IV, Santo Thomas Aquinas menulis doa resmi Gereja (doa offisi) untuk pesta ini. Tulisan doa ini menjadi bagian yang paling indah dalam Doa Harian resmi yang wajib didoakan oleh para Imam dan Religius pada umumnya. Bahkan mengilhami Kidung Ekaristi yang terkenal, yakni “Verbum supernum prodiens” (dua bait terakhir diawali dengan kata “O Salutaris Hostia”) dan “Pange Lingua Gloriosi” [dua bait terakhir diawali dengan kata “Tantum Ergo Sacramentum” (lihat : buku PS 558 dan 559).
- Dalam perkembangan berikutnya, Perayaan Tubuh dan Darah Kristus tidak lagi pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal, melainkan pada hari Minggu. Awalnya, perayaan dilakukan dengan prosesi Sakramen Mahakudus, di mana Hosti Kudus diarak ke segenap penjuru kota, disertai dengan nyanyian pujian dan doa litani. Penetapan perayaan ini untuk Gereja di seluruh dunia juga dipengaruhi oleh mukjizat Ekaristi yang terjadi di Bolsena, yakni mukjizat yang dialami oleh Romo Peter dari Praha pada tahun 1263. Dalam peziarahannya ke Roma, Romo Peter berkunjung di Gereja St. Christina di Bolsena dan memohon ijin untuk merayakan Ekaristi. Imam ini mempunyai keraguan serius tentang kehadiran nyata dan sungguh-sungguh (realis praesentia) Kristus dalam Ekaristi. Ketika konsekrasi, dari Hosti Kudus mengalirlah darah yang membasahi tangannya dan bahkan jatuh ke lantai marmer. Hosti Kudus itu kemudian dibungkus dengan sebuah corporal (kain piala) dan dibawa menghadap Paus Urbanus IV.
- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Yang Mahakudus (Sanctissimi Corpus et Sanguis Christi) dirayakan secara umum oleh Gereja di seluruh dunia sejak tanggal 8 September 1264. Lewat ajaran yang berjudul “Transiturus de hoc mundo”, Paus Urbanus IV menetapkan bahwa perayaan pertama kali ini diadakan pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus, dengan tujuan untuk mengenang Perjamuan Tuhan pada setiap Kamis Putih.
- Jauh sebelum penetapan tersebut, sebenarnya perayaan untuk menghormati Tubuh dan Darah Kristus sudah terjadi lebih dahulu di Keuskupan Liège (Belgia). Mgr. Robert de Thorete, Uskup Liege Belgia pada tahun 1246 memutuskan perayaan Tubuh dan Darah Kristus untuk seluruh keuskupannya. Keputusan penting ini diambil sesudah Uskup meyakini kebenaran tentang penampakan yang diterima oleh Santa Yuliana dari Mont St.Cornillon Belgia. Pesan yang diterima dalam penampakan itu adalah sebagai berikut : “Tuhan Yesus menghendaki agar misteri Tubuh dan Darah-Nya dihormati secara khusus karena semakin banyak umat beriman meragukan kehadiran-Nya yang nyata dalam Sakramen Mahakudus.” Pendangkalan iman membuat Gereja menjadi lesu. Banyak orang berpaling kepada bidaah (ajaran sesat, menyimpang) dan praktek paranormal. Pada zaman itu di Eropa, ada bidaah Berengarianisme, yang menyangkal kehadiran nyata (realis praesentia : roti itu sungguh Tubuh Kristus) Kristus dalam Ekaristi. Selain itu umat beriman akan mendapatkan kekuatan hidup baru dari Tubuh dan Darah Kristus sehingga semakin teguh di jalan keutamaan. Sikap tidak hormat dan penodaan terhadap Keagungan Ilahi dalam Sakramen terkudus hanya dapat dipulihkan berkat adorasi yang tulus dan mendalam terhadap Sakramen Mahakudus.
- Atas permintaan Paus Urbanus IV, Santo Thomas Aquinas menulis doa resmi Gereja (doa offisi) untuk pesta ini. Tulisan doa ini menjadi bagian yang paling indah dalam Doa Harian resmi yang wajib didoakan oleh para Imam dan Religius pada umumnya. Bahkan mengilhami Kidung Ekaristi yang terkenal, yakni “Verbum supernum prodiens” (dua bait terakhir diawali dengan kata “O Salutaris Hostia”) dan “Pange Lingua Gloriosi” [dua bait terakhir diawali dengan kata “Tantum Ergo Sacramentum” (lihat : buku PS 558 dan 559).
8.Dalam perkembangan berikutnya, Perayaan Tubuh dan Darah Kristus tidak lagi pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal, melainkan pada hari Minggu. Awalnya, perayaan dilakukan dengan prosesi Sakramen Mahakudus, di mana Hosti Kudus diarak ke segenap penjuru kota, disertai dengan nyanyian pujian dan doa litani. Penetapan perayaan ini untuk Gereja di seluruh dunia juga dipengaruhi oleh mukjizat Ekaristi yang terjadi di Bolsena, yakni mukjizat yang dialami oleh Romo Peter dari Praha pada tahun 1263. Dalam peziarahannya ke Roma, Romo Peter berkunjung di Gereja St. Christina di Bolsena dan memohon ijin untuk merayakan Ekaristi. Imam ini mempunyai keraguan serius tentang kehadiran nyata dan sungguh-sungguh (realis praesentia) Kristus dalam Ekaristi. Ketika konsekrasi, dari Hosti Kudus mengalirlah darah yang membasahi tangannya dan bahkan jatuh ke lantai marmer. Hosti Kudus itu kemudian dibungkus dengan sebuah corporal (kain piala) dan dibawa menghadap Paus Urbanus IV.
II. RENUNGAN
- Injil pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini tidak menyajikan berita tentang perjamuan terakhir sebagaimana ditulis Lukas 22:14-23. Tetapi dalam bacaan ke-2 (1Kor 11:23-26), Paulus menyajikan berita tentang perjamuan Tuhan yang sangat mirip dengan yang ditulis Lukas. Dalam Injil hari ini menyajikan cerita tentang Yesus yang mengenyangkan orang banyak. Di dalamnya terjalin dua tujuan: Pertama, memperkenalkan Yesus sebagai Mesias yang mewujudnyatakan Kerajaan Allah. Kedua, menunjukkan peran serta para murid dalam misi Yesus ini.
- Dari bacaan-bacaan hari ini, kita bisa bertanya: Siapa sesungguhnya Yesus? Tindakan Yesus membagikan roti kepada orang banyak ini mengingatkan kita kepada nabi Elisa. Mengatur orang banyak berkelompok-kelompok lima puluh orang dan memberi mereka makan di tempat yang sunyi mengingatkan kita kepada nabi Musa dan mukjizat manna. Oleh bangsa Israel, mukjizat manna ini akan terulang kembali di zaman yang akan datang. Harapan itu diwujudkan oleh Yesus. Zaman keselamatan yang dinantikan telah datang.
- Kerajaan Allah sering dikaitkan dengan perjamuan pesta. Perjamuan ini mulai diwujudkan oleh Yesus. Ia bukan cuma berkata-kata tentang Kerajaan Allah, tetapi Ia mewujudkannya dengan memuaskan orang-orang yang lapar. Dengan ini, Petrus tanpa ragu mengakui bahwa Yesus itu “Mesias dari Allah.”
- Inilah pesan yang ingin disampaikan: Pertama, untuk membagikan makanan kepada mereka yang lapar, Yesus melibatkan para murid-Nya ke dalam karya itu. Kedua, kita seringkali merasa tidak mampu berbuat untuk orang banyak. Tetapi apabila kita menyerahkan kepada Yesus apa yang ada pada kita, dan mau melakukan apa yang Ia perintahkan, kita bersama Dia akan mampu membawa pertolongan dan keselamatan kepada banyak orang. Apa yang dibagikan Yesus melalui kita, bahkan akan selalu berkelebihan dan tidak pernah habis. (MS)