Kamis, 13 Juni 2019, St. Antonius Padua, Imam dan Pujangga Gereja MARAH
BACAAN
2Kor 3:15-4:1.3-6 – “Allah membuat terang-Nya bercahaya dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah”
Mat 5:20-26 – “Barangsiapa marah terhadap saudaranya, harus dihukum”
RENUNGAN
- Di sini Yesus berbicara tentang marah yang bertujuan balas dendam atau sikap yang menolak untuk mengampuni. Yesus selalu menghendaki agar kita kembali ke hati manusia. Tindakan-tindakan mengalir dari keputusan yang dibuat di dalam hati. Maka kita perlu mengolah perasaan-perasaan – perasaan baik atau jahat – yang muncul dalam hati kita dan akan nampak hasilnya. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Eph 4:26). Ketidak-mauan untuk mengampuni mengarah kepada kemarahan dalam hati dan hal tersebut sangat merusak kehidupan dan relasi dengan orang lain.
- Kita tahu bahwa kata-kata memiliki daya penetrasi yang dalam. Dengan kata-kata, orang bisa membangun atau menghancurkan, meningkatkan atau memudarkan, menyembuhkan atau melukai. Yesus mengatakan: “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum.” Saudara di sini adalah orang-orang terdekat dalam hidup kita. Yesus mengingatkan bahwa orang yang paling kita cintai juga bisa menjadi orang yang paling melukai kita secara mendalam. Maka Tuhan menghendaki agar kata-kata yang kita ucapkan benar-benar dipikirkan secara serius, sehingga kita tidak perlu marah yang menjurus kepada balas dendam, penolakan untuk mengampuni, bahkan pembunuhan.
- Jangan menaruh dendam. Persembahan yang kita berikan kepada Allah harus merupakan ungkapan dan wujud cinta kita kepada-Nya. Sedangkan kita ini diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan dalam kesatuan dengan kasih Allah, juga dalam kesatuan dengan saudara-saudari yang lain. Jika kita melakukan tindakan yang melukai saudara kita, berarti kita melukai kesatuan kasih kita dengan orang tersebut dan melukai kasih kita dengan Allah. Kita harus memperbaiki pelanggaran ini. Kita harus sadar bahwa Allah tidak akan menerima persembahan kita, jika kita melukai kesatuan kasih dengan orang lain. (MS)