Kamis 6 Juni 2019, St. Norbertus, Uskup. CINTA ALLAH YANG ABADI
BACAAN
Kis 22:30; 23:6-11 – “Hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma”
Yoh 17:20-26 – “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku, dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”
RENUNGAN
- Dalam suratnya yang pertama, Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Sebelum terciptanya dunia, Bapa mencintai Anak. Dalam Tritunggal Kudus, ada sharing kehidupan dan cinta yang sempurna. Bahkan sesudah Penjilmaan, Yesus tetap berada dalam cinta Bapa-Nya. Ketika Yesus dibaptis, Bapa berbicara kepada Anak-Nya: “Inilah Anak yang Kukasihi” (Mat 3:17). Pada peristiwa penampakan kemuliaan-Nya, Bapa mengulangi cinta-Nya: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan; dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Saat-saat tersebut mengungkapkan inti jiwa kehidupan Allah, yaitu cinta atau kasih.
- Allah menciptakan kita agar kita berbagi cinta. Rencana Allah adalah mencintai kita, membawa kita ke dalam cinta Allah Tritunggal. Ia ingin mencintai kita dalam diri Putra-Nya dengan cinta-Nya yang kekal. Jika kita dapat menangkap sekilas realitas cinta ini, cukuplah hal tersebut akan mengubah hidup kita. Allah begitu mencintai dunia, sehingga Ia mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia ini (Yoh 3:16). Cinta adalah jantung hati alam semesta.
- Allah adalah cinta, dan jika Allah berada dalam diri kita, kita adalah cinta. Allah mencurahkan cinta-Nya dalam hati kita. Ketika Ia berbagi kehidupan-Nya berarti berbagi cinta. Inilah cinta yang Ia kehendaki untuk dibagikan kepada orang lain. Yesus telah memberikan kepada para murid-Nya cinta yang Ia terima dari Bapa-Nya agar diteruskan kepada semua orang. Bayangkan banyak orang pada hari ini yang kesepian karena lapar akan cinta dan perhatian. Mereka tidak memiliki tanda-tanda bahwa Allah mencintai mereka. Mereka tidak tahu bahwa cinta Allah ini telah memberi mereka kehidupan. Orang butuh mendengarkan kabar baik tentang cinta Allah ini. Inilah tugas perutusan kita. (MS)