XXI. TELADAN BUNDA MARIA

Dari tulisan tentang Bunda Maria sampai tgl 19 Mei 2019, kalau kita membaca dengan teliti dan perhatian, sebenarnya sudah bisa mengambil banyak sekali teladan dari Bunda Maria. Namun di bawah ini saya ringkaskan kembali supaya nampak dalam satu kesatuan tema.

1. Bunda Maria memiliki iman yang kuat.
Ketika malaikat Gabriel datang do kota Nasaret, malaikat Gabriel berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28). Dalam keterkejutan dan kepanikan, Maria menjawab: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk 1:34). Akhirnya ia berani menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

2. Rendah hati dan bersedia menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Hal tersebut ditunjukkan ketika ia mengunjungi Elisabet, saudaranya. Elisabet yang mendapat berkat itu pun memuji: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:42-43).

3. Selalu bersyukur
Ucapan syukur Maria dapat kita baca dalam Kidung Magnificat (Luk 1:46-55): “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira akarena Allah, Juru Selamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. … “

4. Tangguh berjuang tanpa mengeluh demi anak dan keluarganya.
Harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Dari Nasaret ke Yudea untuk cacah jiwa dan melahirkan Yesus (Luk 2:4-7). Harus melarikan kanak-kanak Yesus ke Mesir (Mat 2:13-15). Dari Mesir kembali ke tanah Israel dan tinggal di kota Nasaret (Mat 2:19-23).

5. Setia dalam iman dengan mengikuti Puteranya dari palungan sampai palang salib.
Bunda Maria setia sedari menerima kabar dari Malaikat Gabriel, dan diwujudkan kesetiaannya itu di setiap penderitaan Putranya, sampai pada puncaknya: Maria berdiri di bawah salib Putranya (Yoh 19:25).

6. Taat menjalankan ibadah dan Hukum Taurat.
Kanak-kanak Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan menurut Hukum (Luk 2:21-24).

7. Peduli terhadap kesusahan orang lain.
Hal ini ditunjukkan ketika ada perkawinan di Kanna. Maria tidak akan membiarkan keluarga yang sedang pesta itu mendapat malu di depan tamu-tamunya (Yoh 2:1-11).

8. Tidak pernah menyalahkan orang lain.
Ketika Kanak-kanak Yesus tidak diketemukan bersama pulang ke Nasaret, Maria dan Yusuf kembali ke Yerusalem dalam perjalanan selama tiga hari. Yesus diketemukan dalam bait Allah sedang berdiskusi dengan para ahli Taurat. Bunda Maria tidak pernah menyalahkan siapa pun, tetapi mencari akar masalah dan menyelesaikan bersama-sama.

9. Menyimpan Firman di dalam hatinya dan merenungkannya
“Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hhatinya” (Luk 2:51).

10. Hidup dan berpartisipasi aktif dalam komunitas
“Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: ‘Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu meneria dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:27).

 

MS – Selasa, 21 Mei 2019