XVIII. BUNDA MARIA DALAM KEHIDUPAN SANTA FAUSTINA
Santa Faustina memiliki pengalaman khusus dan istimewa tentang Bunda Maria. Ia menuliskan pengalaman penampakan dan kata-kata Bunda Maria dalam sebuah Buku Catatan Harian (BCH).
1. Siapakah Bunda Maria bagi Santa Faustina?
Ia seorang pengajar tentang kehidupan bagi Allah.
a) “Pengajarku adalah Maria. Ia selalu mengajar aku bagaimana hidup bagi Allah. Rohku semakin cemerlang berkat kelembutan dan kerendahan hatimu, o Maria” (BCH 620).
b) “Bunda Allah mengajariku tentang kehidupan batin jiwaku bersama Yesus” (840). Bunda Allah “model dan bintang pemandu hidupku” (874).
c) “Bagiku engkau adalah fajar yang cerah … di tengah badai, engkaulah yang mengajar aku mencintai Tuhan, engkau perisai dan pembelaku terhadap musuh” (1232).
d) “Ketika aku sendirian bersama Santa Perawan Maria, ia mengajarkan kepadaku mengenai kehidupan batin. Ia berkata, ‘Kebesaran sejati suatu jiwa adalah mencintai Allah dan merendahkan diri di hadirat-Nya, sambil melupakan dirinya sendiri sama sekali dan tidak mengandalkan suatu pun; sebab Tuhan itu memang besar, tetapi Ia sangat berkenan akan orang yang rendah hati; Ia selalu menolak orang yang sombong’” (1711).
e) “Ya Bunda Allah, jiwamu tenggelam dalam samudera kepahitan. Pandanglah aku, anakmu, ajarlah aku untuk hidup bersatu dengan Allah” (315).
2. Bunda Allah adalah bundanya
a) “Bunda Allah, Maria yang amat suci, Bundaku, kini engkaulah Bundaku yang sangat istimewa sebab Putramu tercinta telah menjadi Mempelaiku dan dengan demikian kami berdua adalah anakmu. Demi Putramu, engkau harus mencintai aku. O Maria, Bundaku tercinta, tuntunlah kehidupan rohaniku sedemikian rupa sehingga akan menyenangkan Putramu” (240).
b) “Aku merasa bahwa aku adalah anaknya dan bahwa ia adalah ibuku. Ia tidak menolak satu pun dari permintaanku” (260).
3. Nubuat Bunda Maria untuk Faustina
Bunda Allah mengunjungi Faustina dan berkata: “Engkau akan mengalami beberapa penderitaan karena suatu penyakit dan karena para dokter; engkau juga akan menderita banyak karena gambar itu, tetapi jangan takut akan apa pun” (316).
4. Permintaan Bunda Maria terhadap Faustina.
a) Ketika perayaan Bunda Maria diangkat ke Surga, Faustina melihat Bunda Allah. Ia berkata kepada Faustina: “Putriku, yang aku minta darimu adalah doa, doa, dan sekali lagi doa, bagi dunia dan khususnya bagi Tanah Airmu. … selalu dan di mana-mana, di segala waktu dan tempat, siang atau malam, kapan saja engkau terjaga, berdoalah dalam roh” (325).
b) “Hidupmu harus seperti hidupku: sunyi dan tersembunyi, tak henti-hentinya bersatu dengan Allah, berdoa bagi umat manusia, dan menyiapkan dunia untuk kedatangan Tuhan yang kedua” (625).
c) Dalam Ibadat Sore, Faustina mendengar suara Bunda Maria: “Ketahuilah, Putriku, bahwa meski aku diangkat ke martabat Bunda Allah, tujuh pedang penderitaan menusuk hatiku. Jangan melakukan suatu pun untuk membela diri; tanggunglah segala sesuatu dengan rendah hati; Allah sendiri akan membela engkau” (786).
d) “Aku ingin agar setip orang unggul dalam keutamaan-keutamaan berikut: kerendahan hati dan kelembutan; kemurnian dan kasih akan Allah serta sesama; kemurahan hati dan kerahiman. … Aku menganjurkan agar engkau dengan setia memenuhi semua kehendak Allah … menjadi unggul dalam kesetiaan memenuhi kehendak Allah” (1244).
e) “Aku ingin, Putriku yang sangat kukasihi, agar engkau mengamalkan tiga keutamaan yang kuanggap paling berharga – dan paling menyenangkan Allah. Yang pertama adalah kerendahan hati, kerendahan hati, dan sekali lagi kerendahan hati; keutamaan yang kedua adalah kemurnian; keutamaan yang ketiga adalah kasih akan Allah. Sebagai putriku, engkau harus memancarkan ketiga keutamaan ini secara istimewa” (1415).
MS – Sabtu, 18 Mei 2019