III. DOA SALAM MARIA

Asal-usul doa Salam Maria

Doa “Salam Maria” dikenal sebagai doa penghormatan Gereja kepada Bunda Maria. Doa Salam Maria dibagi ke dalam tiga bagian:
1). “Salam Maraia, penuh rahmat, Tuhan sertamu” – merupakan kata-kata Malaikat Gabriel ketika mengunjungi Perawan Maria (Luk 1:28).
2). “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu (Yesus)” – merupakan salam Elisabet kepada perawan Maria (Luk 1:42). Kata “Yesus” dalam doa ini baru ditambahkan pada abad kelimabelas.
3). “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.” Bagian ketiga ini tidak berasal dari Kitab Suci, melainkan disusun oleh Gereja pada abad XVI. Dengan doa ini Gereja (kita) mohon kepada Bunda Maria untuk mendoakan kita, agar supaya oleh doa-doa syafaatnya, Bunda Maria mengusahakan persahabatan antara Allah dan kita manusia, dan memperoleh bagi kita berkat yang kita butuhkan untuk hidup sekarang ini dan hidup kekal.

 

Kuasa doa Salam Maria

Karena sudah sangat terbiasa berdoa Salam Maria, banyak umat Katolik mendaraskannya dengan begitu cepat, tanpa merasakan kata-kata yang mereka ucapkan. Mulai dari sekarang cobalah berdoa Salam Maria dengan khusuk, ikhmat, dan diresapkan dalam hati, karena doa satu Salam Maria saja memiliki kuasa yang luar biasa. Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik akan memenuhi hati Bunda Maria dengan sukacita dan memperolehkan bagi kita rahmat-rahmat yang luarbiasa, yang ingin dilimpahkan Bunda Maria kepada kita. Satu Salam Maria yang didaraskan dengan baik memperolehkan bagi kita jauh lebih banyak ramat daripada seribu Salam Maria yang didaraskan asal-asalan. Doa Salam Maria bagaikan suatu tambah emas di mana kita senantiasa dapat menggali darinya tanpa ia pernah menjadi habis.
Banyak kesaksian disampaikan oleh banyak orang, betapa doa Salam Maria sungguh dahsyat. Santo Thomas a Kempis bersaksi: “Setan dan neraka gemetar ketika saya mendaraskan Salam Maria.” Santo Yohanes Paulus II menegaskan: “Dari Bunda Maria, kita belajar untuk percaya bahkan ketika semua pengharapan nampak sirna.” “However great a sinner may have been, if he shows himself devout to Mary he will never perish” (St. Hilary of Potiers).
Seperti anak-anak lari kepada ibunya ketika menghadapi bahaya untuk minta perlindungan, demikian juga patutlah kita lari segera dengan keyakinan tak terbatas kepada Bunda Maria.

MS – Jumat, 3 Mei 2019