Kamis 18 April 2019 – KAMIS PUTIH, UNDANGAN UNTUK KEKARIBAN

BACAAN

Kel 12:1-8.11-14 – “Ketetapan tentang Perjamuan Paskah”
1Kor 11:23-26 – “Setiap kamu makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan”
Yoh 13:1-15 – “Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”

 

RENUNGAN

  1. ”AKU ADALAH AKU.” Kata-kata yang berani dari Kristus di hadapan para tentara yang disuruh untuk menangkap Dia di taman Getsemane. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang sama yang Allah pakai untuk mengungkapkan diri-Nya kepada Musa di gunung Sinai. Kata-kata tersebut telah dipakai dalam kalangan Kristen awal untuk menunjukkan Pencipta segala sesuatu. Itulah kata-kata yang dipakai Kristus untuk menyatakan ke-Allah-an-Nya di di hadapan para serdadu. Karena alasan ini, para serdadu mundur dan jatuh ke tanah. Dalam Kamis Putih, kita diajak untuk semakin mengakui ke-Allah-an Kristus. Ia adalah Allah dan Penyelamatku.
  2. ”Bukan aku.” Kata-kta Petrus ini sangat bertentangan dengan kata-kata yang menyatakan ke-Allah-an Kristus. Kata-kata Petrus tersebut mewakili semua kelemahan dalam diri manusia, yang diungkapkan melalui mulut Petrus. Tidak seperti Kristus di taman Getsemane, Petrus menghangatkan diri di perapian. Kepada seorang pelayan wanita, Petrus menyangkal menjadi pengikut Kristus. Dengan pernyataan ini, ia menegaskan kelemahannya dan perlunya rahmat dan pengampunan Allah. Kita harus berani mengidentifikasi dengan Petrus dan mengakui bahwa kita membutuhkan pengorbanan Kristus. Kapan aku mengatakan: “Bukan Aku?” Apa yang aku butuhkan agar aku lebih percaya pada Kristus?
  3. Pemandangan Injil hari ini menyejajarkan penolakan Petrus dan hukuman mati bagi Kristus. Namun demikian kematian Kristus tidak terpengaruh oleh penolakan Petrus. Yesus mati bagi Petrus dan semua orang. Kurangnya iman dan cinta dalam diri Petrus tidak mengubah rencana Allah. Tetapi ketika Petrus kembali dan percaya, ia mengakui bahwa apa yang dibuat Kristus semuanya diperuntukkan bagi dirinya. Dari kasus Petrus ini mengajarkan: ketika kita berada dalam pencobaan, pertama-tama kita harus kembali kepada Yesus. Keakraban, kesatuan budi dan hati kunci menghadapi segala pencobaan. (MS)