Rabu 26 Des 18, St. Stefanus, martir pertama, KEKUATAN KESAKSIAN
BACAAN
Kis 6:8-10; 7:54-59 – “Aku melihat langit terbuka”
Mat 10:17-22 – “Bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu”
RENUNGAN
- ”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka” (Kis 7:60). Kata-kata St. Stefanus ini mengulangi apa yang dikatakan Tuhan. Stefanus telah menyatu hati dengan hati Tuhan. Ia begitu berkobar demi Tuhannya. Semangat ini telah membawa dia mengalami siksaan dan kematian seperti Kristus. Hatinya begitu terbakar akan Kristus, sehingga tidak dapat dibusukkan oleh kebencian. Seperti Tuhannya, ia hanya menghendaki keselamatan pagi para pembunuhnya. Sejauh mana cintaku kepada Kristus, dan bagaimana jika harus mengalami kebencian, siksaan dan salib?
- Saulus menyaksikan ketika Stefanus dirajam. Saulus berpikir betapa membahayakan apa yang diajarkan oleh Stefanus. Apa yang disampaikan Stefanus benar, tetapi dia dihukum mati. Saulus, setelah nanti menjadi rasul Kristus Yesus, mengakui bahwa sebenarnya dirinya telah mati – mati nuraninya. Namun Allah begitu berbelas kasih. Tidak lama kemudian, Saulus diubah menjadi rasul Paulus. Yesus menerima doa Stefanus persis seperti ketika Bapa menerima doa Yesus. Sebagai murid Kristus, kita tidak perlu takut. Tuhan menerima doa-doa dan pelayanan kita.
- Masa Natal merupakan saat paling tepat untuk mengubah hati yang keras menjadi hati yang lembut, ketika kita merenungkan wajah Allah yang penuh cinta dalam diri Bayi Kudus yang terbaring di palungan. Ia begitu mencintai kita tanpa batas. Dalam kesatuan dengan Tuhan yang lemah lembut, kita dapat menyingkirkan semua rasa sakit, luka batin masa lalu dan menemukan damai dan sukacita yang hanya datang dari Sabda yang menjadi Manusia. Stefanus telah mengalami semua ini, maka ia siap mengikuti Yesus lewat siksaan dan salib. Iman dan cinta kita kepada Kristus akan diuji ketika kita benar-benar menghadapi kesulitan, penderitaan, kegagalan, ancaman, diremehkan. (MS)