Kamis 6 Des 2018, KRISTUS PONDAMEN HIDUP KITA
BACAAN
Yes 26:1-6 – “Bangsa yang benar dan tetap setia biarkanlah masuk”
Mat 7:21.24-27 – “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga
RENUNGAN
- Sangat mudah berseru kepada Yesus “Tuhan, Tuhan.” Dari kacamata iman, kita tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah. Namun demikian, pengakuan kita atas Yesus sebagai Tuhan tidaklah cukup. Pengakuan kita bahwa Yesus adalah Sang Penebus tidak akan menjamin kita masuk surga. Iman kepada Kristus tidak cukup di bibir saja; iman harus menerobos masuk ke dalam hati dan pikiran kita. Dengan demikian iman berarti melakukan kehendak Allah Bapa dengan pikiran, perkataan dan tindakan.
- Kristus menasihati para murid-Nya untuk membangun iman mereka di atas pondamen batu karang. Untuk menggali pondamen yang kokoh kuat tentu amat sukar. Hal itu membutuhkan keteguhan dan kesetiaan, doa, belas kasih, kemurahan hati, kerendahan hati dan intensi murni. Dalam kehidupan rohani, menggali sebuah pondamen memaksa kita untuk masuk ke dalam, menyingkirkan dosa dan kesalahan kita yang paling buruk. Proses ini tidaklah enak, bahkan menyakitkan. Hal ini mau tidak mau memaksa kita menghadapi sifat-siat buruk kita dan menyingkirkan topeng-topeng kita. Tanpa langkah-langkah seperti ini, hidup kita hanyalah kita bangun di atas pasir. Mampukah kita menggali pondamen itu sendirian?
- Pondamen nampak kuat ketika semuanya tampak tenang. Ujian sesungguhnya ketika cuaca buruk. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan rohani. Ketika aman dan damai, maka semuanya berjalan baik. Tetapi ketika krisis menimpa: penolakan, sakit, kegagalan, dari situlah kita belajar bagaimana iman kita kokoh. Petrus, dengan sombong mengatakan: “Biar pun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak” (Mat 26:33), tetapi ketika krisis menimpa, ia meninggalkan Kristus Tuhan sendirian di taman Getsemane. Bagaimana pengalamanku ketika menghadapi krisis? (MS)