Jumat, 21-9-18, Pesta St.Matius, Rasul dan Penulis Injil, MEMANDANG DENGAN KACAMATA IMAN DAN CINTA

BACAAN

Ef 4:1-7.11-13 – “Ada yang dianugerahi menjadi rasul, ada yang menjadi pewarta Injil”
Mat 9:9-13 – “Berdirilah Matius, lalu mengikuti Yesus”

 

RENUNGAN

  1. Para pemungut cukai dipandang sebagai pengkhianat bangsa. Orang-orang Yahudi tidak pernah akan bicara dengan mereka. Tetapi Yesus berkata kepada Matius: “Ikutlah Aku!” Dengan segera ia bangkit dan mengikuti Dia, tanpa bertanya, tanpa sarat, tanpa menghitung untung rugi.Ia hanya menerima begitu saja. Ia tidak tahu bahwa Yesus akan menjadikannya seorang Rasul. Kemudian ia melangkah lebih jauh: mengundang Yesus ke rumahnya untuk makan bersama. Hal ini merupakan tanda keakraban, persahabatan, dan cinta. Ia menerima Kristus dalam hidupnya.
  2. Bagi Parisi, Yesus makan bersama pendosa adalah skandal. Orang Parisi berhadapan dengan seorang Rabbi yang memalukan. Masalahnya adalah: mereka tidak memahami tentang Mesias dan memandang Yesus hanya dari segi lahiriah, padahal Ia harus dicari lewat iman dan cinta. Hal ini sering terjadi pada diri kita, ketika kita mengkritik keadaan, kejadian, dan orang lain hanya dari sudut pandang kita yang sempit dan lahiriah semata, tidak ada perspektif iman dan kasih.
  3. Yesus mengajak kita memiliki cara pandang baru berdasarkan iman dan cinta, tidak sekedar lahiriah belaka. Artinya, sebagai orang beriman, hendaknya memiliki “kedalaman” cara pandang (melampaui yang biasa) ketika berhadapan dengan keadaan, kejadian, atau orang lain. Sebuah habitus yang hanya bisa kita ciptakan melalui doa. (MS)