MENGAMPUNI
BACAAN
Yeh 12:1-12 – “Berjalanlah seperti orang buangan di depan mereka pada siang hari”
Mat 18:21-19:1 – “Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”
RENUNGAN
- ”Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Angka tujuh merupakan angka sempurna dalam bilangan Yahudi. Hal ini berarti kita dituntut untuk bisa mengampuni seperti Tuhan mengampuni kita: terus-menerus dan tanpa batas. Pengampunan menjadi tema sentral dalam Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dan pengampunan merupakan wujud kasih yang utama.
- Paus Fransiskus, ketika berbicara tentang Keluarga, beliau menyebut bahwa Keluarga adalah tempat pengampunan. Memang, kalau kita jujur, tidak ada keluarga yang sempurna. Masing-masing anggota keluarga memiliki kekurangannya, mengeluh tentang yang lain, dan saling membuat kecewa. Tanpa pengampunan, keluarga akan menjadi arena konflik dan tempat semua hati terluka. Tanpa pengampunan, keluarga akan sakit. Siapa pun yang tidak mengampuni tidak akan mendapatkan kedamaian jiwa atau pun bisa bersatu dengan Tuhan. Mempertahankan rasa sakit di hati adalah tindakan penghancuran diri. Pengampunan adalah sebuah pembersihan diri. Siapa pun yang tidak mengampuni, maka baik secara phisik, emosi, dan spiritual sakit. Itu sebabnya keluarga haruslah jadi tempat kehidupan, bukan kematian, wilayah untuk pengobatan bukan untuk penyakit, arena pengampunan bukan rasa bersalah. Pengampunan itu membawa kebahagiaan, di mana hati yang cemas, yang sedih, disembuhkan.
- Kita sudah mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita jika: Bisa menerima orang tersebut dengan ikhlas dan sepenuh hati, tidak lagi emosional dan marah terhadapnya, bisa menerima kembali orang tersebut secara penuh dan tanpa syarat, tidak mengungkit masa lalunya, berani membuka ruang hati untuk orang tersebut.
- Mengapa aku belum bisa mengampuni?
MS, 16.8.18