NERAKA
Neraka tidak menakutkan (lagi), karena tidak (pernah) diajarkan secara tuntas dan tidak (pernah) menjadi bahan khotbah pada hari Minggu yang menggugah Umat. Banyak orang Katolik acuh-acuh terhadap keberadaan neraka. Mereka banyak yang berkata: “Itu urusan nanti.” Memandang enteng neraka sama dengan memandang enteng dosa dan sama dengan memandang enteng Allah.
I. Neraka Menurut Ajaran Gereja Katolik
1. Apa itu neraka?
Neraka adalah pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus-Nya (Katekismu Gereja Katolik 1033). Penderitaan neraka yang paling buruk adalah keterpisahan abadi dengan Allah (KGK 1035) dan penderitaan itu berlangsung selama-lamanya. Dalam menggambarkan neraka, Kitab Suci memakai gambaran simbolik “perapian yang menyala-nyala,” “api yang tak terpadamkan.”
2. Siapa yang masuk neraka?
Adalah mereka yang dengan sukarela memutuskan untuk tidak mencintai Allah, berada dalam dosa berat tanpa menyesalinya, tidak mau menerima belaskasih Allah, tida mengasihi sesama, dan mengingkari Tuhan dengan sadar. KGK 1035: “Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat, masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati di mana mereka mengalami siksa neraka, api abadi.” Neraka merupakan pilihan bebas manusia. Tidak ada seorang pun ditentukan lebih dahulu oleh Tuhan supaya masuk ke dalam neraka. Pengingkaran dengan sadar terhadap Tuhan dan dosa berat yang akan menghantar manusia ke neraka (KGK 1037).
3. Maksud Pengajaran Tentang Neraka
Untuk memperingatkan umat Katolik agar menggunakan kebebasannya secara bertanggungjawab dalam hubungannya dengan nasib abadinya di saat nanti (KGK 1036). Jadi, Gereja mengajak umat Katolik supaya bertobat. Inilah yang diajarkan Gereja: “Karena kita tidak mengetahui hari maupun saat Tuhan memanggil kita, atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia … kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati, dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas, diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal, ke dalam kegelapan di luar, tempat ratapan dan kertakan gigi” (Konsili Vat II, Lumen Gentium 48).
II.Neraka Menurut Penglihatan Sr. Faustina
1. Gambaran Dua Jalan
“Pada suatu hari, aku melihat dua jalan. Yang satu lebar, dilapisi pasir dan bertaburan bunga-bunga, penuh dengan sukacita, musik, dan segala macam kenikmatan. Orang menapaki jalan itu sambil menari dan bersenang-senang. Mereka sampai pada ujung jalan itu tanpa menyadarinya. Dan pada ujung jalan itu, ada suatu jurang yang mengerikan; itulah jurang neraka. Jiwa-jiwa berjatuhan ke dalamnya; begitu mereka melangkah, langsung mereka jatuh. Dan jumlah mereka sedemikian besar sehingga tidak mungkin untuk menghitungnya. Dan aku melihat jalan lain, atau lebih tepat, suatu lorong sebab jalan itu sempit dan berhamparan duri serta batu-batu; dan orang yang menapa di jalan ini mencucurkan air mata, dan segala macam penderitaan menimpa mereka. Sejumlah dari mereka jatuh di atas batu-batu itu, tetapi langsung bangkit lagi dan melanjutkan perjalanan. Pada ujung jalan itu, ada sebuah taman yang sangat indah penuh dengan segala macam kebahagiaan, dan semua jiwa itu masuk ke dalamnya. Seketika itu juga mereka lupa akan segala penderitaan mereka” (BHF 153).
2. Siksaan Neraka
Neraka: tempat yang penuh dengan siksaan yang mengerikan. Siksaan pertama adalah rasa kehilangan Allah; siksaan kedua adalah kekacauan hati nurani untuk selama-lamanya; ketiga adalah keadaan yang tidak pernah akan berubah; keempat, api yang terus-menerus membakar jiwa tanpa menghancurkannya; kelima adalah kegelapan yang tak ada akhirnya, bau busuk yang luar biasa menyengat. Jiwa-jiwa yang terhukum dapat melihat satu sama lain dan dapat menyaksikan semua kejahatan, baik kejahatan orang lain maupun kejahatan diri sendiri; siksaan keenam adalah persekutuan dengan setan yang terus menerus; siksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian terhadap Allah, caci maki, kutuk dan hujat. Selain itu masih ada yang disebut siksaan indra. Sampai kekal ia akan disiksa pada indra atau bagian tubuh yang ia pakai untuk berbuat dosa.
Atas perintah Allah, Sr. Faustina mengunjungi jurang neraka sehingga ia dapat memberikan kesaksian bahwa neraka sungguh itu. … Tetapi satu hal yang ia lihat dengan jelas, yakni kebanyakan jiwa yang ada di sana adalah mereka yang tidak percaya bahwa neraka sungguh ada (BHF 741).
GreenLakeCity, 14.8.18