PURGATORIUM
I. Purgatorium Menurut Ajaran Gereja
- Purgatorium (: pembersihan) adalah suatu keadaan antara atau peralihan setelah kematian jasmani yang melaluinya mereka ditentukan ke Surga “menjalani pemurnian, sehingga mencapai kekudusan yang diperlukan untuk memasuki kegembiraan surga.” Menurut Katekismus Gereja Katolik: “Purgatorium adalah keadaan mereka yang wafat dalam persahabatan dengan Allah, ada kepastian akan keselamatan kekal mereka, tetapi masih membutuhkan pemurnian untuk masuk ke dalam kebahagiaan surga” (KGK 210). Dengan singkat dapat dikatakan tahap terakhir dalam proses pemurnian sebelum masuk surga. “Keselamatan abadi sudah jelas baginya, namun dia harus menjalani penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu agar diperkenankan masuk ke dalam kebahagiaan surgawi. Dengan demikian Purgatorium bukanlah tempat antara surga dan neraka, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai proses untuk masuk surga” (KGK 1030). Keyakinan akan adanya Api Penyucian sudah dimiliki dan diajarkan oleh Gereja Katolik sejak abad-abad pertama, tetapi ajaran ini baru dirumuskan dalam konsili Florence (1439-1445) dan konsili Trente (1545-1563). Lalu berapa lama jiwa-jiwa harus berada di api penyucian? Sulit menjawab pertanyaan ini, karena keadaan di api penyucian tidak dapat dihitung menurut ukuran waktu kita di dunia ini.
- Hanya mereka yang meninggal dunia dalam keadaan rahmat, namun belum menjalani hukuman sementara akibat dosa-dosa mereka, yang dapat berada dalam Purgatorium, dan dengan demikian tidak ada seorang pun dalam Purgatorium, yang akan berada selamanya dalam keadaan tersebut atau pun pergi ke neraka.
- Gereja mendasari ajaran tentang Purgatorium dari Ktab Suci: 2Makabe 12:38-46; 1Kor 3:11-15. Dapat dilihat juga Mat 5:25-26; 12:31-32 yang secara tidak langsung menyebut adanya api penyucian.
- Para Bapa Gereja menunjukkan bahwa jemaat Kristen awal telah percaya akan keberadaan Api Penyucian ini dan menganjurkan agar umat yang masih hidup mendoakan jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia. KGK menulis: “Karena pesekutuan para kudus, umat beriman yang masih berjuang di dunia ini dapat membantu jiwa-jiwa di purgatorium dengan mempersembahkan doa-doa untuk mereka, khususnya kurban Ekaristi. Umat beriman juga dapat membantu mereka dengan beramal, indulgensi, dan karya penitensi” (KGK 1032). Santo Yohanes Krisostomus mengatakan: “Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh Kurban yang dibawakan bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.”
II. Purgatorium Menurut Penglihatan Santa Faustina
- Menurut Sr. Faustina ada tiga tahap kehidupan jiwa yang saling berkaitan secara erat, yaitu kehidupan di bumi, di Purgatorium, dan di Surga (BHF 594).
- Ketika Sr. Faustina mengikuti Malaikat Pelindungnya, “Dalam sekejap, aku berada di tempat berkabut yang penuh dengan api, di mana ada satu himpunan besar jiwa yang sedang menderita. Mereka berdoa dengan amat khusyuk bagi diri mereka sendiri, tetapi tanpa hasil bagi mereka; hanya kita yang dapat membantu mereka. Nyala yang membakar mereka sama sekali tidak menyentuhku. … Aku menanyakan kepada jiwa-jiwa itu penderitaan apa yang paling mereka rasakan. Mereka menjawab kepadaku serentak bahwa siksaan yang paling mereka rasakan adalah kerinduan akan Allah. …Kami keluar dari penjara yang penuh penderitaan itu. (Aku mendengar suara dari dalam hatiku) yang berkata: ‘Kerahiman-Ku tidak menghendaki hal ini, tetapi keadilan menuntutnya.’ Sejak saat itu, aku menghayati persekutuan yang lebih erat dengan jiwa-jiwa yang menderita” (BHF 20).
- Jiwa seorang Suster yang telah meninggal dua bulan sebelumnya, dan berada di Purgatorium dengan keadaan yang mengerikan, telah dibebaskan karena doa Sr. Faustina, memberitahukan kepada Sr. Faustina untuk terus- menerus berdoa bagi jiwa-jiwa di Purgatorium (BHF 58). Sr. Faustina juga memohonkan indulgensi bagi jiwa-jiwa mereka (BHF 346).
- Dalam Novena hari kedelapan menjelang Pesta Kerahiman, Tuhan menghendaki agar Sr. Faustina membawa jiwa-jiwa yang dipenjarakan di Purgatorium. Tuhan berkata: “Biarlah banjir Darah-Ku menyejukkan mereka yang kepanasan. Semua jiwa ini sangat Kukasihi. Mereka sedang melunasi hukuman-Ku yang adil. Engkau memiliki kekuatan untuk meringankan mereka. Ambillah segala indulgensi dari khazanah Gereja-Ku dan persembahkanlah semua itu demi mereka. Oh, kalau saja engkau tahu siksaan yang mereka derita, engkau akan terus menerus mempersembahkan bagi mereka kemurahan hati dan melunasi utang mereka kepada keadilan-Ku” (BHF 1226).
- Tuhan berkata kepada Sr. Faustina: “Masuklah sering-sering ke Purgatorium sebab mereka membutuhkan engkau di sana” (BHF 1738).
- Purgatorium merupakan proses pemurnian jiwa yang sungguh ada, maka kita tidak bisa membiarkan diri kita dikotori oleh dosa dan segala hukumannya. Kita harus menyadari bahwa kita pun akan mengalami Purgatorium ini dan harus berani menganggapnya sebagai pengharapan akan kehidupan surgawi. Kita yang masih dalam peziarahan di dunia ini, sangat dianjurkan untuk berdoa bagi jiwa-jiwa yang berada dalam Api Penyucian, karena hanya kita yang bisa membantu mereka.
MS, 13.8.18