DOA DALAM KEHENINGAN, MISSION IMPOSSIBLE?

BACAAN

Yer 30:1-2.12-15.18-22 – “Karena kesalahan dan dosamu sangat banyak, maka Aku telah memukul engkau. Tetapi Aku akan memulihkan kemah Yakub”
Mat 14:22-36 – “Tuhan, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air”

 

RENUNGAN

  1. Yesus menyuruh orang banyak pulang dan Ia mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ia ingin sendirian bersama Allah. Berada dalam keheningan tanpa orang lain mungkin menimbulkan kesepian, takut dan kekosongan jiwa. Ada kecenderungan kita untuk mencari orang lain atau hal-hal lain untuk menghilangkan kesepian. Kalau hal ini terjadi, justru kita membutuhkan doa yang lebih keras; doa dalam keheningan. Penderitaan karena kesepian dapat berubah menjadi damai dan sukacita.
  2. ”Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!” Mungkin saja ketakutan kita untuk berdoa dalam keheningan jauh lebih besar daripada ketakutan Petrus. Dalam keseharian kita biasa bersama orang lain, sibuk dengan segala macam kegiatan, sibuk dengan HP, sehingga kita hampir tidak pernah menyempatkan diri untuk masuk dalam keheningan doa, walau pun hanya sebentar. Kalau kita ingin belajar berdoa dengan sungguh-sungguh, maka harus berani menyendiri tanpa orang lain, sejenak meninggalkan kesibukan dan menyingkirkan HP. Yang ada hanya aku dan Allah. Kita harus mengosongkan diri untuk diisi oleh Kristus, percaya dan tergantung pada-Nya.
  3. ”Keduanya lalu naik ke perahu dan redalah angin.” “Naik ke perahu,” artinya ketika kita memutuskan untuk memeluk keheningan, fokus pada doa, maka ketakutan-ketakutan kita akan reda seperti angin itu. Kita harus berani membuat keputusan kuat untuk masuk ke dalam doa jika ingin mengalami kebebasan, kedamaian dan sukacita lewat doa yang benar. Perlu rahmat Tuhan, kerelaan dan kesungguhan dari kita. Mari kita mulai dari sekarang, jangan terlambat!

 

maSRI, 7.8.18