TIDAK ADA KOMPROMI, HARUS MEMILIH

BACAAN

Amos 9:11-15 – “Aku akan memulihkan kembali umat-Ku dan Aku akan menanam mereka di tanah mereka”
Mat 9:14-17 – “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?”

 

RENUNGAN

  1. Banyak agama mempraktekkan puasa. Tidak terkecuali orang-orang Israel. Murid-murid Yohanes mengkritik Yesus karena murid-murid-Nya tidak berpuasa. Yesus berpuasa selama empat puluh hari, tetapi membebaskan para murid-Nya.
  2. Yesus adalah penggenapan Janji. Maka ketika Ia bersama para murid-Nya merupakan saat berpesta bukan berpuasa. Pada suatu hari, Mempelai tidak akan bersama para sahabat-Nya, dan pada saat itulah para murid berpuasa. Kapan Yesus tidak bersama para murid-Nya? Saat Ia wafat dikayu salib. Pada saat itulah kita berpuasa.
  3. Bagaimana setelah Kebangkitan? Yesus bersama lagi dengan kita dan Ia mengidentifikasi diri dengan orang-orang miskin, dan tersingkir. Dengan demikian puasa mengambil bentuk baru dan kreatip, berupa tindakan konkret: membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya, membagi roti kepada mereka yang lapar, memberi tumpangan kepada mereka yang tidak mempunyai rumah, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudara sendiri (Yes 58:6-7). Jadi berpuasa berarti “keluar dari diri sendiri”, berbelas kasih kepada orang-orang yang menderita.
  4. Dalam Kristus, kita harus hidup secara baru dengan meninggalkan cara hidup lama. “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor 5:17). Cara hidup lama tidak bisa disatukan dengan cara hidup baru, karena keduanya justru akan rusak. Tetapi banyak di antara orang beriman hidup dalam kompromi antara yang lama dengan yang baru; hidup dengan mendua hati. Hal ini tidak berkenan di hati Tuhan.
  5. Diperlukan ketegasan: apa yang harus kita tinggalkan? Yesus menghendaki kita bahagia, maka kita harus memilih apa yang membuat kita happy, peace, and joy.

 

ms, 7.7.18