25. MENYEBARKAN DEVOSI KEPADA KERAHIMAN ILAHI

Di antara kalangan umat Katolik sendiri, bahkan juga di kalangan para imam, bersikap sinis terhadap Devosi. Sangat banyak devosi dalam Gereja Katolik. Devosi terbaru yang dikehendaki Tuhan dan diterima oleh Gereja dan dimasukkan dalam Liturgi Suci adalah Devosi Kepada Kerahiman Ilahi.

Devosi merupakan sebuah kebaktian atau penghormatan, tetapi tidak diwajibkan kepada umat dan tidak perlu dipimpin oleh petugas resmi. Jadi Devosi merupakan gerakan umat, bukan gerakan para imam. Bagaimana kalau seorang beriman/imam tidak memiliki devosi? Hidup rohaninya akan miskin dan cenderung kering.

Apa yang harus disebarkan dari Devosi kepada Kerahiman Ilahi? Yang harus disebarkan ialah Inti jiwa dari Devosi kepada Kerahiman Ilahi yaitu sikap berharap kepada Allah Sang Kerahiman (sikap mengandalkan Allah) dan sikap berbelas kasih terhadap orang lain. Tuhan berkata kepada Sr. Faustina: “ … Aku menginginkan kepercayaan dari segala ciptaan-Ku. Doronglah jiwa-jiwa untuk menaruh kepercayaan yang besar kepada kerahiman-Ku yang tak terbatas. Biarlah jiwa yang lemah, yang berdosa, tidak takut menghampiri Aku sebab kalaupun dosanya lebih banyak daripada butir pasir di seluruh bumi, semua itu akan tenggelam dalam lubuk kerahiman-Ku yang tak terhingga” (BHF 1509). Yesus mengharapkan kepada para devosan untuk mengamalkan belaskasihan lewat perbuatan, perkataan dan doa-doa. Tuhan berkata: “… Kapan saja dan di mana saja, engkau harus mengamalkan belas kasihan kepada sesama. Engkau tidak boleh
menghindarinya atau berusaha mencari-cari dalih untuk membebaskan diri darinya…
(BHF 742). Ada tiga cara ditunjukkan Tuhan dalam mengamalkan belaskasihan: lewat perbuatan, perkataan, dan doa. Tiga cara tersebut merupakan bukti kasih kita kepada Tuhan yang tak terbantahkan (BHF 742).

Sikap yang dituntut dari para devosan yaitu mengandalkan Allah dan terus-menerus menjadi semakin berbelas kasih.
Tuhan memberi janji kepada mereka yang terlibat aktif dalam penyebarluasan Devosi: “Jiwa-jiwa
yang menyebarkan penghormatan kepada kerahiman ilahi akan Kulindungi seumur
hidupnya seperti seorang ibu yang penuh kasih sayang melindungi bayinya; dan pada saat
kematiannya, Aku tidak akan tampil sebagai seorang Hakim bagi mereka, tetapi sebagai
Juru Selamat yang maharahim. …” (BHF 1075).

Kenyataan yang terjadi dalam penyebarluasan Devosi Kepada Kerahiman Ilahi. Oleh umat Katolik, Devosi Kepada Kerahiman Ilahi hanya dipahami sebatas doa Koronka, doa Jam Kerahiman, Novena dan Pesta Kerahiman. Kebanyakan tidak paham dan tidak mengerti inti jiwa dari devosi ini. Lagi pula, DKKI harus dimasukkan ke dalam struktur dan birokrasi Dewan Paroki. Dengan demikian DKKI terkurung dalam kelompok-kelompok, seperti dialami pula oleh Legio Maria, Karismatik, dll. Akibatnya: DKKI disamakan begitu saja dengan kelompok-kelompok lain. Sama seperti semua kelompok dalam Paroki: hidup enggan, mati tak mau. DKKI tidak menjadi gerakan umat, tetapi menjadi kelompok eksklusif. Harus dicari terobosan dan cara-cara baru untuk menghayati dan menyebarluaskan DKKI ini.

 

(Bersambung …)

MS, 2.7.18, fb: maxi suyamto