MENGUBAH BUDAYA KEKERASAN MENJADI BUDAYA KASIH
BACAAN
1Raj 21:1-16 – “Nabot dilempari batu sampai mati”
Mat 5:38-42 – “Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu”
RENUNGAN
- Apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini benar-benar melawan budaya masyarakat kita yang gampang marah, suka kekerasan dan balas dendam. Sudah 2000 tahun sejak Sabda itu disampaikan, budaya kekerasan tidak semakin berkurang malah berkembang menjadi budaya kematian, yaitu saling membunuh.
- Dengan Sabda hari Ini, Tuhan ingin menggantikan Hukum lama dengan Hukum Baru. Maka Hukum balas dendam harus dibuang, karena menyesatkan dan menghancurkan relasi antar manusia dan dengan Tuhan. Mungkinkah kekerasan bisa menghentikan kekerasan lainnya? Tidak mungkin. Kalau kita tidak bisa mengatasi kekerasan, maka lingkaran kekerasan akan terus merajalela. Maka hukum pembalasan harus diganti: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!” Dan “janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rom 12:17.21).
- Yesus memberi contoh empat tindakan untuk mengatasi kekerasan. Apakah kita harus mempraktekkan persis seperti tertulis dalam Injil? Perhatikan apa yang diperbuat Yesus ketika seorang serdadu memukul pipi-Nya. Apakah Ia menyerahkan pipi lainnya untuk dipukul? Tidak. Ia tidak menyerahkan pipi yang lain. Yang jelas Yesus tidak mengancam. Ia hanya bertanya: “ … jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?” (Yoh 18:21). Yesus tidak mengajarkan sikap menyerah dan pasip, melainkan mengajarkan sikap aktip dan kritis: bertanya demi memperjelas masalahnya.
- Kita dituntut untuk aktip dan berani keluar untuk memberi perhatian, khususnya terhadap mereka yang melawan ajaran Tuhan, dan kita dituntut untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita. “Jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah ia minum!”(Rom 12:20). Dengan cara ini kita mampu mengubah budaya kekerasan dan kematian menjadi budaya kasih.
mS, 18.6.18
Amin