11. PENYAKIT MENDERA FAUSTINA
Penderitaan Faustina tidak hanya disebabkan oleh teman-teman suster sekomunitas, tetapi juga oleh penyakit yang dideritanya dan oleh karena Gambar Kerahiman.
Pada suatu hari, Bunda Allah datang mengunjungi Suster Faustina. Matanya tertunduk ke bawah. Sangat jelas bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. Mengetahui hal tersebut, Faustina minta kepada Bunda Maria untuk memandang dirinya dan berbicara kepadanya. Dengan senyum hangat, Bunda Maria memandang Suster Faustina dan berkata: “Engkau akan mengalami beberapa penderitaan karena suatu penyakit dan karena para dokter; engkau juga akan menderita banyak karena gambar itu, tetapi jangan takut akan apa pun.” Hari berikutnya Faustina jatuh sakit dan sangat menderita, persis seperti yang telah dikatakan oleh Bunda Allah. “Tetapi jiwaku sudah siap untuk menanggung penderitaan-penderitaan. Seluruh hidupku tidak pernah lepas dari penderitaan” (BHF 316).
Dari penyakit yang dialaminya, ia merasakan penderitaan yang amat berat dan rasanya kematiannya telah tiba. Ia mengalami ketakutan, tetapi juga pengharapan (BHF 321). Ia menderita rasa sakit yang nyeri pada tangan, kaki, dan lambung (BHF 705). Tanggal 13 April 1937, ia harus tinggal di tempat tidur sepanjang hari. Ia terserang batuk yang sangat berat, yang membuat Faustina sangat lemah sehingga ia tidak memiliki kekuatan untuk berjalan (BHF 1085). Sakit batuk amat sangat menyiksanya sehingga ia merasa bahwa kalau batuk itu berulang beberapa kali lagi, pasti akan berakhir hidupnya (BHF 1088). 14 April, kesehatannya begitu memburuk. Batuk disertai bunyi bengek dan terdengar bunyi-bunyi sengal di dalam paru-parunya dan merasakan rasa nyeri yang luar biasa (BHF 1089.1201). Ketika Faustina mengalami sakit yang semakin memburuk, dan ingin berbaring di tempat tidur justru ada suster yang justru mencemooh dan mengomeli Faustina (BHF 1268). Setiap kali Faustina batuk, ia merasa paru-parunya terkoyak, bahkan ia merasa tubuhnya sendiri sudah menjadi mayat (BHF 1428). Faustina merasakan adanya pembusukan tubuhnya dan pada saat yang sama harus berjalan dan bekerja, bahkan seorang suster mengatakan kepada Faustina: “Suster, di sini aku mencium bau bangkai yang sedang membusuk. O betapa mengerikan” (BHF 1430. 1435). Pada Pesta Tahun Baru, kesehatannya begitu memburuk sehingga ia hampir tidak mampu pergi ke Kamar Sakit untuk menyambut komuni kudus. Ia juga tidak dapat mengikuti misa karena sakitnya sedemikian parah. Ia terkapar kesakitan di tempat tidur selama dua hari, bahkan ketika suster Kamar Sakit mengunjunginya tidak menolong apa pun tetapi memberi khotbah panjang lebar kepada Fausatina (BHF 1453). 1 Pebruari 1938, Faustina berpikir bahwa ia tidak akan mampu bertahan sampai acara makan berakhir. Setiap suap yang masuk ke dalam mulut menimbulkan rasa sakit yang luar biasa (BHF 1554). “Hampir semalam suntuk aku mengalami rasa sakit yang sedemikian nyeri sehingga terasa semua ususku tercabik-cabik. Aku muntahkan obat yang sudah kutelan. …. Aku pikir ini akan menjadi akhir hidupku” (BHF 1613). 1 April 1938. Demam tinggi menyerang. Ia tidak dapat makan apa pun. Mau minum tetapi tidak ada air sedikit pun di tempat minumnya (BHF 1647). Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa keadaan sakit suster Faustina sangat parah (BHF 1679). Jumat sesudah Hari Raya Tubuh Kristus, kesehatan Suter Faustina begitu buruk sehingga ia berpikir bahwa apa yang telah lama ia rindukan sudah dekat. “Aku merasa begitu lemah sehingga aku merasa seolah-olah segala sesuatu yang ada dalam diriku sudah mati” (BHF 1786).
5 Oktober 1938, pukul 22.45 Suster Faustina Kowalska, sesudah penderitaan panjang yang ditanggungnya dengan kesabaran tinggi, pergi menghadap Tuhan untuk mendapat ganjarannya.
Nomor berikutnya (12): Belajar Dari Faustina Bagaimana Menghadapi Penderitaan