2.Memiliki Sikap Lepas Bebas
Demi mencapai tujuan, yaitu kesatuan dengan Allah, Faustina memiliki sikap jelas terhadap barang-barang duniawi: “Tuhan memperlihatkan kepadaku betapa segala barang duniawi singkat riwayatnya, dan (betapa) segala sesuatu yang tampak agung akan musnah seperti asap; semua itu tidak memberikan kebebasan kepada jiwa, tetapi keletihan” (BHF 1141). Maka dari itu ia pun tidak menyimpan barang-barang: “Engkau telah mengajar aku untuk tidak menimbun barang-barang yang akan kugunakan atau kupilih sebab hatiku sendiri sedemikian rapuh” (1331).
Refleksi:
Faustina sadar bahwa barang-barang duniawi hanya akan membawa keletihan jiwa, maka ia tidak mau terikat. Barang-barang duniawi, bahkan orang lain, dapat kita gunakan sejauh mengarahkan kita kepada tujuan kita diciptakan. Bila menghalangi, maka harus kita singkirkan dengan tegas.
Dalam hal ini kita sangat rapuh. Kita lebih suka memiliki barang dan menimbunnya demi keamanan hidup kita, tanpa peduli terhadap orang lain. Yang ada dalam diri kita adalah mencari yang enak, senang, enjoy, bukan yang baik demi kemuliaan Allah. Kita tidak sadar, sering dibelenggu oleh barang atau orang, sehingga kita tidak bebas lagi; keselamatan jiwa kita terancam. Dan akhirnya banyak orang diperbudak oleh harta miliknya dan orang kesenangannya, dan jiwanya merana. Jika terus demikian maka kita tidak selamat.
Kesimpulannya: semua makhluk diciptakan untuk membantu kita agar kita semakin mampu memuji dan memuliakan Allah. Karena itu sikap kita harus lepas bebas terhadap ciptaan tersebut.
MSri, 24.4.18