REKONSILIASI BERARTI SALING MENERIMA, MEMAHAMI DAN MENGAMPUNI
BACAAN
Yeh 18:21-28 – “Adakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? Bukankah kepada pertobatannya Aku berkenan, supaya ia hidup?
Mat 5:20-26 – “Berdamailah dahulu dengan saudaramu”
RENUNGAN
- Yesus bersabda: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Hidup keagamaan yang disebut benar menurut mereka adalah ketika mereka berhasil menjalankan semua aturan hukum secara teliti sampai sekecil-kecilnya. Ukuran ini sungguh berat dan menindas, karena tidak mungkin seseorang mewujudkannya.
- Yesus menghendaki hidup keagamaan yang lebih benar daripada hidup keagamaan mereka. Untuk menjadi lebih benar, maka orang harus mengakui bahwa Allah itu maha kasih dan Ia mengasihi manusia lewat Yesus Putera-Nya. Karena Yesus adalah Anak Allah maka kita adalah anak-anak angkat Allah. Yesus mempunyai cita-cita baru bagi setiap anak Allah, yaitu “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna (ay 48). Dari cita-cita tersebut, kita dianggap benar di hadapan Allah ketika kita bertindak sebagaimana dibuat oleh Allah, yaitu mengasihi dan mengampuni.
- Yesus memberi contoh konkret bagaimana kita memperoleh kebenaran yang melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang-orang Parisi.
a) Ada hukum: “Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum” (Kel 20:30). Hukum tersebut tidak cukup dan tidak memadai, maka Yesus menanamkan hukum baru: yang marah, mengatakan kafir dan jahil kepada saudaranya harus dihukum, karena semua itu merupakan akar penyebab pembunuhan.
b) Allah menghendaki penyembahan yang sempurna dari setiap anak Allah. Ketika kita menyampaikan persembahan tetapi di dalam hati ada yang mengganjal terhadap saudara kita, maka kita harus berdamai terlebih dahulu. Rekonsiliasi, berdamai dengan saudara kita merupakan syarat mutlak untuk penyembahan yang sempurna. - Mengapa rekonsiliasi atau berdamai menjadi kata kunci (ay 25-26)? Karena, dalam komunitas jemaat Kristen awal, jemaatnya Matius, ada banyak ketegangan di antara mereka. Bahkan ada kelompok radikal yang cenderung berbeda, tidak mau berdialog di antara mereka. Maka Matius menerangi situasi jemaatnya dengan menekankan pentingnya rekonsiliasi. Untuk itu dibutuhkan penerimaan, pengertian dan pengampunan satu sama lain. Dosa kita tidak akan diampuni oleh Allah jika kita tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita.
Jumat, 23.2.2018 – MS