MENJADI PEMBAWA TANDU BAGI ORANG-ORANG LUMPUH

BACAAN

1Sam 8:4-7.10-22a – “Kamu akan berteriak karena rajamu, tetapi Tuhan tidak akan menjawab kamu”
Mrk 2:1-12 – “Di dunia ini Anak Manusia memiliki kuasa mengampuni dosa”

 

RENUNGAN

  1. Seorang lumpuh benar-benar membutuhkan penyembuhan dari Tuhan Yesus. Dari diri sendiri, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mengandalkan orang lain, yaitu pengusung tandu, untuk membawanya kepada Yesus. Dengan tekad yang besar dan tanpa ragu, mereka membuka atap dan menurunkan orang lumpuh tersebut persis di depan Yesus. Selanjutnya Injil menulis: “Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”
  2. Sabda Yesus tersebut juga ditujukan kepada kita. Yesus mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri dan Yesus memberi apa yang benar-benar kita butuhkan.
  3. Sebagian orang jaman sekarang nampak bahagia dengan pekerjaan yang bagus, pendapatan yang stabil, dan terlibat di sejumlah bidang organisasi. Memang, dari luar nampak indah, tetapi banyak dari antara mereka yang jiwanya kering, hatinya hampa, bahkan rohaninya mati. Mereka tengah mencari Tuhan dan Gereja-Nya, dan belum menemukan karena banyak halangan dari dalam diri mereka. Mereka ini dapat digolongkan sebagai orang yang lumpuh.
  4. Kita dipanggil untuk memiliki iman akan Allah yang hidup, berkesempatan untuk bisa berjumpa dengan Allah. Terhadap orang yang lumpuh, kita dipanggil untuk menjadi alat di tangan Tuhan. Kepada mereka, kita dipanggil untuk membagikan iman kita. Mereka minta kepada kita untuk menjadi pembawa tandu bagi mereka dan membawa kepada Yesus untuk memperoleh penyembuhan dan pengharapan (1Petr 3:15).
  5. Namun seringkali kita mempunyai halangan untuk menjadi pembawa tandu. Halangan tersebut: kita harus meninggalkan kenyamanan kita, disibukkan oleh berbagai urusan tanpa henti. Dalam keadaan apa pun, kita mempunyai kewajiban untuk menjadi pembawa tandu bagi orang-orang lumpuh. Pembawa tandu dalam Injil hari ini menjadi contoh komitmen sejati terhadap kebutuhan orang lain. Mereka juga jeli melihat kesempatan dan memanfaatkannya.
  6. Bagaimana kalau kita sendiri orang lumpuh?

 

MS – 12 Januari 2018