PESTA PEMBAPTISAN TUHAN

BACAAN

Yes 55:1-11 – “Marilah dan minumlah! Dengarkanlah Aku, maka kamu akan hidup”
Mrk 1:7-11 – “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan”

 

RENUNGAN

  1. Hari ini Gereja merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan, ketika Yesus dipabtis oleh Yohanes di sungai Yordan. Kita diingatkan kembali akan pembaptisan yang telah kita terima.
  2. Ketika Yesus dibaptis, “langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.” Langit terkoyak hendak mengatakan sebuah kiasan tentang kedatangan Allah ke dalam sejarah manusia. Burung merpati melambangkan aktifitas Roh Allah dan juga kedatangan Roh Allah yang memberi kekuatan.
  3. Kehadiran Roh Kudus dalam diri Yesus berarti Yesus diberi kuasa dan status-Nya sebagai Anak Allah dikukuhkan. Puncak peristiwa pembaptisan adalah suara dari sorga: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Kalimat tersebut merupakan kombinasi dua teks Perjanjian Lama. Pertama: “AnakKu Engkau” (Mzm 2:7) – menunjuk pada Daud sebagai raja. Kedua, dari Kitab Yesaya: “Itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepada-Nya Aku berkenan” (42:1) – menunjuk Hamba Yahwe. Dari kedua kutipan itu, Yesus dikukuhkan sebagai Raja dan Hamba Tuhan.
  4. Bagaimana dengan pembaptisan kita? Pesta Pembaptisan Tuhan mengingatkan keluhuran martabat kita sebagai anak-anak Allah, berkat Sakramen Baptis. Dengan pembaptisan, kita telah menyatakan tobat untuk meninggalkan segala yang bukan Allah, dan memenuhi diri kita dengan segala hal yang menyenangkan hati Allah. Kita dipanggil untuk bersama Yesus tenggelam dalam lautan belas kasih Allah, sehingga kita boleh keluar sebagai anak-anak Allah yang bermandikan cahaya kemuliaan.
  5. Namun kita masih hidup di dalam dunia ini dengan berbagai tawarannya, dunia yang menipu dan membutakan banyak orang, dengan berbagai berhala yang dengan angkuhnya menjanjikan kesempurnaan bilamana manusia memilikinya.
  6. Yang harus kita ingat bahwa kesempurnaan kemanusiaan kita hanya bisa ditemukan di dalam Allah. Kesempurnaan kemanusiaan kita tidak terletak dalam memiliki segala, melainkan dalam melepaskan segala. Apa pun yang diletakkan Tuhan ke dalam tangan kita, kita jadikan kurban yang harum dan berkenan di hati Allah. Kesejatian hidup hanya bisa ditemukan di dalam panggilan untuk menguduskan diri, menguduskan karya, dan menguduskan dunia melalui karya kita. Sebagaimana Tuhan kita Yesus Kristus, kita dipanggil untuk menjadi hamba-hamba Allah yang setia, mengingini apa yang Tuhan ingini, mencintai apa yang Tuhan cintai. Kita dipanggil untuk melihat segala yang kita miliki bukan sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan dalam semangat pengosongan diri. OK?

 

MS – 8 Januari 2018