SABDA, Senin 20-11-2017, IMAN YANG MENYEMBUHKAN

BACAAN

1Mak 1:10-15.41-43.54-57.62-64 – “Kemurkaan hebat menimpa umat”
Luk 18:35-43 – “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu? Tuhan, semoga aku melihat”

RENUNGAN

  1. Injil hari ini menggambarkan kedatangan Yesus di Yeriko,  tempat terakhir sebelum Ia sampai di Yerusalem, di mana “Eksodus”-Nya yang Ia umumkan sewaktu Berubah Wajah akan terjadi.
  2. Ay 35-37 – Seorang buta duduk di tepi jalan. Ketika mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” Kata mereka: “Yesus orang Nasaret lewat.” Ia tidak bisa mengikuti perjalanan Yesus, karena buta.
  3. Ay 38-39 – Orang buta itu berteriak: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ia memanggil Yesus dengan sebutan Anak Daud. Memang pengajaran waktu itu mengatakan bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud. Teriakan orang buta itu menjengkelkan orang-orang lain yang mengikuti Yesus. Ia berteriak semakin keras: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Teriakan tersebut juga terjadi sekarang ini dalam diri orang-orang miskin, para pengungsi, pengemis, orang-orang terlantar yang mungkin juga menjengkelkan orang-orang mapan yang tidak mau peduli terhadap penderitaan mereka. Mungkin orang mapan itu adalah kita.
  4. Ay 40-41 – Reaksi Yesus. Ia berhenti dan memerintahkan mereka untuk membawa orang itu kepada-Nya. Yesus mendengarkan teriakan orang buta dan orang-orang miskin, di mana kita tidak ingin memperhatikan mereka. Yesus bertanya kepadanya: “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Dari pertanyaan Yesus ini, orang tidak cukup berteriak saja,  tetapi harus tahu mengapa mereka berteriak. Orang buta itu menjawab: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!”
  5. Ay 42-43 – “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Seketika itu ia dapat melihat dan  mengikuti Yesus sambil memuji Allah. “Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.” Imannya akan Yesus melampaui gagasannya tentang Yesus yang ia sebut sebagai “Anak Daud.” Penyembuhan merupakan buah iman akan Yesus. Sekali disembuhkan, ia berjalan mengikuti Yesus menuju Yerusalem. Dalam hal ini, ia merupakan salah satu model seorang murid bagi kita. Keputusannya untuk berjalan bersama Yesus merupakan sumber keberanian dan  benih kemenangan Salib. Salib bukanlah hal yang fatal tetapi lebih merupakan pengalaman bersama Allah. Salib merupakan konsekuensi mengikuti Yesus dalam ketaatan-Nya terhadap Bapa.

 

(MS)