SABDA, Kamis 5-10-2017, PENGUTUSAN TUJUH PULUH MURID: MEMULIHKAN NILAI-NILAI YANG HILANG

BACAAN

Neh 8:1-5a.6-7.8b-13 – “Ezra membuka Kitab dan memuji Tuhan. Maka seluruh umat menjawab, “Amin! Amin!”
Luk 10:1-12 – “Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”

 

RENUNGAN

  1. Yesus mengutus tujuh puluh murid ke tempat yang akan Ia kunjungi. Yesus mengirim mereka berdua-dua. Maksudnya agar mereka saling membantu dan kesaksian mereka bisa dipertanggungjawabkan.
  2. Yesus mengirim mereka seperti seekor anak domba ke tengah-tengah serigala. Hal ini menegaskan bahwa misi para murid begitu sukar dan berbahaya, bahkan sering terjadi pengejaran dan penganiayaan, karena apa yang mereka sampaikan sering bertentangan dengan yang biasa terjadi di tengah masyarakat. Yesus menghendaki agar para murid memulihkan nila-nilai yang telah hilang dalam masyarakat pada waktu itu. Ada lima nilai yang harus dipulihkan.
    Pertama: Keramahtamahan. Hal ini mereka tunjukkan dengan tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Mereka hanya membawa Damai Sejahtera. Mereka diharuskan ramah dengan orang-orang yang mereka jumpai.
    Kedua: Sharing atau berbagi. Para murid tidak boleh pergi dari satu rumah ke rumah lain. Mereka hanya boleh di satu rumah. Mereka tinggal di rumah itu, terlibat aktif dalam kehidupan mereka setiap hari dan ikut bekerja bersama mereka.
    Ketiga: Membangun komunio di sekitar meja makan. Makan bersama mereka menjadi keharusan. Para murid harus makan apa yang dihidangkan oleh tuan rumah, tidak boleh berbeda dan terpisah dari mereka. Para murid harus duduk semeja dengan mereka, dan tidak perlu mengikuti peraturan najis yang dibuat oleh kaum Parisi. Jadi nilai baru yang ingin ditanamkan adalah keakraban dengan Allah yang diwujudkan dalam kebersamaan dengan mereka.
    Keempat: Menerima mereka yang bukan anggota atau kelompoknya. Mereka harus menyembuhkan orang-orang sakit, penderita kusta dan kerasukan setan (Mt 10:8). Mereka ini adalah orang-orang tersingkir. Para murid harus menerima dan merangkul mereka ini ke dalam komunitas.
    Kelima: Nilai kedatangan Kerajaan Allah. Para murid harus menyerukan: “Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” Yang dimaksud Kerajaan Allah adalah cara hidup baru dan hidup bersama dengan orang lain dengan dasar kasih. Allah adalah Bapa dan kita semua adalah Saudara.
  3. Kelima nilai tersebut tidak mungkin dibuat oleh murid-murid orang Parisi, karena, bagi orang Parisi, mereka yang bukan kelompoknya adalah najis. Nilai apa yang harus kita perbarui dalam keluarga dan lingkungan kita?

 

(MS)