SABDA, Minggu Biasa XXIII 10-9-17, MENGAMPUNI

BACAAN

Yeh 33:7-9 – “Jika engkau tidak berkata apa-apa kepada orang jahat, Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya dari padamu”
Rom 13:8-10 – “Kasih itu kegenapan hukum Taurat”
Mat 18:15-20 – ”Jika seorang berdosa mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatnya kembali”

 

RENUNGAN

  1. Injil hari ini berbicara tentang menasehati saudara (ay 15-18) dan doa pada umumnya (ay 19-20). Kata kuncinya adalah: mengampuni agar terjadi rekonsiliasi. Hanya dengan demikian Gereja menjadi tanda Kerajaan Allah. Namun, tidak mudah untuk bisa mengampuni.
  2. Ay 15-18 – Menasehati saudara dan kekuatan mengampuni. Bila ada salah satu saudara yang berbuat dosa, tidak boleh serta merta dicela. Pertama, harus bicara dengan dia berdua. Bila ia tidak mendengarkan maka perlu dihadirkan dua atau tiga orang seiman, dengan harapan ia bisa kembali. Dan jika ia tidak mau mendengarkan, maka dipanggillah warga komunitas untuk memeriksa apakah ia perlu digolongkan sebagai pendosa. Bukan kita yang memisahkan diri, melainkan dia memisahkan diri dari komunitas atau lingkungan beriman. Semua ini harus dibuat dalam rangka cinta kasih.
  3. Ay 19 – Doa pada umumnya. Dengan pemisahan, karena berdosa, tidak berarti bahwa ia kita tinggalkan sendirian bergulat dengan nasibnya. Tidak! Ia terpisah dari Gereja, tetapi tidak terpisah dari Allah. Maka jalan yang harus kita tempuh adalah berdoa untuk orang tersebut agar ia mau berdamai lagi dengan Gereja. Yesus menjamin bahwa Bapa akan mendengarkan: “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga.”
  4. Ay 20 – Kehadiran Kristus dalam Gereja. Alasan kepastian bahwa doa didengarkan oleh Bapa adalah janji Yesus sendiri: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Yesus merupakan pusat dan poros Gereja. Bersama Kristus kita berdoa kepada Bapa agar saudara kita yang berdosa tadi kembali ke dalam pangkuan Gereja.
  5. Mengampuni sungguh tidak mudah. Ada yang mengatakan: “Saya mengampuni, tetapi tidak bisa melupakan.” Masih ada kemarahan, ketegangan, bahkan balas dendam. Mengapa mengampuni itu sulit?

 

(MS)