SABDA, Jumat, 18-8-2017 APA YANG TELAH DIPERSATUKAN OLEH ALLAH , TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA
BACAAN
Yos 24:1-13 – Aku telah mengambil bapamu dari Mesopotamia; mengeluarkan engkau dari Mesir, dan menuntun engkau masuk ke tanah perjanjian”
Mat 19:3-12 – “Karena ketegaran hatimu Musa mengijinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi semula tidaklah demikian”
RENUNGAN
- Ay 3 – Ketika Yesus mendekati Yerusalem, orang-orang Parisi datang kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Pertanyaan yang sengaja menempatkan Yesus dalam kesulitan. Tujuan orang Parisi sungguh jahat: ingin menjebak Yesus karena pengajaran-Nya.
- Ay 4-6 – Menjawab mereka,Yesus mengutip Kitab Kejadian: “Tidakkah kamu baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” (Kej 1:27). “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Kej 2:24). Dari jawaban ini, Yesus ingin menekankan tentang kehendak absolut Allah, yaitu menyatukan laki-laki dan perempuan. Jawaban Yesus sampai pada puncaknya bahwa perkawinan itu tak terceraikan: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
- Ay 7-9 – Orang-orang Parisi tidak puas dengan jawaban Yesus. Maka mereka berkata: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” Yesus menjawab: “Karena ketegaran hatimu Musa mengijinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.” Lebih konkretnya: “Karena kamu tidak patuh terhadap Sabda Allah.”
- Sebagaimana kita ketahui, perceraian, walaupun secara sipil, sangat umum terjadi. Sekarang ini apa saja yang tidak dikehendaki sudah menjadi alasan untuk bercerai. Sepertinya lebih mudah mengganti daripada memperbaiki. Dalam menghadapi masalah, pasangan lebih memilih bercerai daripada menyelesaikan masalah. Komitmen perkawinan hanya sejauh semuanya berjalan baik saja.
- Lewat bacaan hari ini, Yesus menekankan: a) Relasi dan komitmen dalam perkawinan amat sangat serius. b) Cinta dan kesetiaan Allah harus menjadi cinta dan kesetiaan dalam sebuah perkawinan. c) Perkawinan adalah sebuah panggilan. Panggilan untuk membangun kesatuan. Maka perkawinan harus dipandang sebagai anugerah Allah, bukan semata-mata usaha kita. Maka suami-isteri harus mengandalkan Allah.
- Cobaan menghadang, badai menerjang, perkawinan terguncang. Semuanya tergantung dari pondasi yang kita bangun dan cara merawatnya. Bagaimana dengan perkawinan Anda? Bagaimana dengan relasi, komunikasi, keterbukaan, kejujuran, dan tanggungjawab sebagai pasangan hidup?
(MS)