SABDA, 17-8-2017, PERAYAAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-72
BACAAN
Sir 10:1-8 – “Para penguasa bertanggungjawab atas rakyatnya”
1Ptr 2:13-17 – “Berlakulah sebagai orang yang merdeka”
Mt 22:15-21 – “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”
RENUNGAN
- Akhir-akhir ini muncul kata-kata: “Saya Pancasila saya Indonesia” dan “NKRI harga mati.” Slogan tersebut muncul setelah ada segolongan orang yang ingin mengubah dasar negara kita. Sejak awal, Indonesia dibangun oleh berbagai suku, agama, dan budaya yang berbeda-beda. Para Bapak Bangsa dan seluruh rakyat sudah sepakat tentang: Pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Maka tidak boleh seorang pun atau organisasi apa pun mengganti kesepakatan tersebut.
- Pada hari bersejarah ini, kita diingatkan oleh pesan-pesan Allah lewat Kitab Suci. Kitab Putra Sirakh (Sir 10:1-8) menyajikan sejumlah nasehat bagaimana menjadi pemimpin bijaksana, bertanggungjawab dan mencintai rakyatnya: “Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur … Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.”
- Semangat yang disampaikan oleh Kitab Putra Sirakh adalah sebuah kemerdekaan rohani, artinya seorang pemimpin hidupnya tidak terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan. Ia hanya memuliakan Allah dan memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Ia tidak terbelenggu oleh tindakan kelaliman, kekerasan dan uang. Dia sadar bahwa semua itu hanya akan menghancurkan rakyatnya.
- Rasul Petrus, dalam bacaan kedua, mengingatkan kita tentang sikap warga negara yang harus taat kepada pemimpin negara. Yesus merangkum semua itu dalam kata-kata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mt 22:21).
- Kepada penguasa kita harus hormat dan mengikuti semua peraturan yang ada. Di tengah masyarakat, kita harus berani menyuarakan kebenaran dan kejujuran, menyiapkan generasi yang berkualitas, jujur dan bertanggungjawab. Karena hanya orang-orang yang berkualitas yang dibutuhkan negara.
- Sebagai orang beriman, kita harus sadar bahwa kita kurang terlibat aktip dalam percaturan politik kemasyarakatan. Seolah-olah hal tersebut bukan urusan kita. Kita sudah puas bila rajin berdoa dan ke gereja. Seharusnya doa dan ibadah di gereja membangkitkan semangat kita untuk prihatin dan terlibat aktip dalam kehidupan politik kemasyarakatan. MERDEKA!!!
(MS)