SABDA, Jumat, 23-6-2017, HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

BACAAN

Ul 7:6-11 – “Kamulah yang dipilih dan dikasihi Tuhan”
1Yoh 4:7-16 – “Allah mengasihi kamu”
Mat 11:25-30 – “Aku lemah lembut dan rendah hati”

 

RENUNGAN

  1. Hari ini kita merayakan Hati Yesus Yang Mahakudus. Penghormatan kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sudah mulai berkembang sejak abad VII dan semakin tersebar luas setelah penglihatan-penglihatan Santa Margareta Maria Alacoque (1647-1690). Pada tahun 1856, Paus Pius IX memasukkan Pesta Hati Kudus Yesus dalam penanggalan liturgi. Melalui perayaan ini, kita diajak untuk menghormati dan mensyukuri cinta serta belas kasih Allah yang memancar dari Hati Yesus yang Mahakudus seraya memohon agar kita dapat mengambil bagian dalam kekudusan hati-Nya sehingga kita pun mempunyai kasih yang berkobar kepada Tuhan dan sesama.
  2. Ay 28 – “Datanglah kepada-Ku kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat.” Undangan yang tetap relevan sampai sekarang. Mereka yang diundang adalah orang-orang miskin, sakit, terlantar, dan orang-orang kecil tanpa status. Mereka dengan senang mendengarkan pengajaran Yesus yang penuh kuasa, wibawa dan penuh kasih.
  3. Ay 29 – “Yesus berkata kepada mereka: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Yesus selalu berada di samping orang-orang miskin, tertindas, dan direndahkan. Yesus tahu apa yang mereka rasakan dan mereka alami ketika mereka berada di bawah orang-orang Parisi dan ahli-ahli Taurat.
  4. Beban kita pun banyak: beban ekonomi, hidup keluarga yang sering penuh ketegangan, penyakit yang mendera dan tidak ada biaya, usaha yang banyak kali gagal. Ketika kita berbeban berat, Yesus selalu berada di samping kita. Kita mengenakan kuk, tetapi kuk satunya dipakai oleh Yesus, sehingga beban kita berpindah kepada Yesus dan kita berjalan bersama Yesus. Dari kita dibutuhkan kerendahan hati untuk berani mengatakan: “Yesus, aku tidak mampu melakukannya. Beban hidupku terlalu berat. Tolonglah aku!” Dan Yesus pasti menjawab: “Datanglah kepada-Ku!”
  5. Namun ketika orang mengalami beban berat, ia tidak sadar bahwa Yesus ada di sampingnya dan siap membantu. Ia merasa sendirian dan Allah terasa meninggalkannya. Ia tidak datang kepada Yesus, tetapi mengikuti nasehat orang agar pergi kepada seorang pintar, bahkan ada yang menasehati agar berpindah agama. Bagaimana pengalaman Anda ketika menghadapi beban berat?

 

(MS)