SABDA, Kamis, 22-6-2017, DOA BAPA KAMI MENURUT MATIUS
BACAAN
2Kor 11:1-11 – “Aku mewartakan Injil Allah kepadamu dengan cuma-Cuma”
Mat 6:7-15 – “Yesus mengajar murid-Nya berdoa”
RENUNGAN
- Doa Bapa Kami dalam Injil Matius ditujukan bagi pemeluk Kristen Yahudi. Mereka biasa berdoa, tetapi memiliki sifat-sifat buruk yang ingin dikoreksi oleh Matius.
- Ay 7-8 – Yesus mengkritik doa yang panjang, di mana Allah harus menjawab kebutuhan mereka. Diterimanya doa kita tidak tergantung pada banyaknya kata-kata, tetapi pada kebaikan Allah semata. Ia menghendaki hal yang baik bagi kita dan tahu kebutuhan kita sebelum kita minta kepada-Nya (Mzm 139:4).
- Ay 9a – Kata pertama adalah “Bapa Kami.” Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Hal itu mengungkapkan relasi baru dengan Allah yang seharusnya menjadi ciri khas kehidupan komunitas Kristen. Kita menyebut Bapa kami, bukan Bapaku. Hal ini menunjukkan bahwa kita adalah satu keluarga besar dari berbagai suku bangsa. Berdoa kepada Bapa berarti memasuki relasi akrab mendalam, peka terhadap jeritan saudara-saudari kita yang berkekurangan. Harus diingat, kalau kita berdoa, pertama-tama, mencari Kerajaan Allah. Pengalaman Allah sebagai Bapa merupakan pondasi persaudaraan universal.
- Ay 9b-10: Tiga permohonan kepada Allah: Pertama, kita minta agar relasi kita dengan Allah dibangun kembali. Nama Allah dikuduskan ketika aktivitas kita bertujuan untuk kebebasan manusia dan demi membangun Kerajaan Allah. Kedua, kita mohon agar Kerajaan Allah datang. Kedatangan Kerajaan Allah merupakan pemenuhan semua harapan dan janji. Kerajaan Allah akan datang ketika Kehendak Allah dipenuhi. Ketiga, melaksanakan Kehendak-Nya. Kehendak Allah terungkap di dalam Hukum-Nya. Kita mohon supaya kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di dalam Surga. Ketaatan terhadap Hukum Allah merupakan sumber keteraturan dan damai bagi kehidupan manusia.
- Ay 11-13 – Dalam bagian kedua doa ini, kita mohon agar relasi antar manusia dibangun kembali. Ada empat permohonan. Pertama, Roti sehari-hari. Orang Israel menerima manna di padang gurun setiap hari (Kel 16:35). Yesus mengundang kita untuk hidup dalam Eksodus baru, membangun sebuah persaudaraan baru dalam kebersamaan yang akan menjamin roti setiap hari (Mat 6:34-44; Yoh 6:48-51). Kedua, ampunilah kesalahan kami. Yang tepat adalah: “bebaskanlah hutang-hutang kami.” Setiap 50 tahun adalah Tahun Yubilee. Pada tahun itu mewajibkan setiap orang membebaskan hutang-hutang mereka. Yesus mengumumkan sebuah Tahun Yubilee baru, yang disebut “Tahun rahmat Tuhan” (Luk 4:9). Injil menginginkan mulai segala sesuatu secara baru. Ketiga, janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan. Umat Israel dicobai di padang gurun dan jatuh (Ul 9:6-12). Orang-orang Israel mengeluh dan ingin kembali ke Mesir (Kel 16:3; 17:3). Dalam Eksodus baru, pencobaan akan diatasi dengan kekuatan yang berasal dari Tuhan (1Kor 10:12-13). Keempat, bebaskanlah kami dari yang jahat. Musuh utama adalah Setan. Setan telah berhasil memasuki Petrus (Mat 16:23), dan mencobai Yesus di padang gurun. Yesus mengalahkan dia (Mat 4:1-11). Ia berkata kepada kita: “Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh 16:33).
- Ay 14-15 – Setiap orang yang tidak mengampuni, maka tidak akan diampuni. Kita berdoa: “Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12). Kita menyampaikan kepada Tuhan ukuran pengampunan yang kita inginkan. Jika kita mengampuni banyak, Ia akan mengampuni kita banyak pula. Jika kita tidak mengampuni, maka Allah pun tidak pernah akan mengampuni kita. Mana yang lebih mudah: mengampuni atau menghukum?
(MS)