SABDA, Selasa, 30-5-2017, DALAM KEHENINGAN KITA BERJUMPA DENGAN ALLAH
BACAAN
Kis 20:17-27 – “Aku dapat mencapai garis akhir, dan menyelesaikan pelayanan yang ditugasksn oleh Tuhan Yesus”
Yoh 17:1-11a – “Bapa, permuliakanlah anak-Mu”
RENUNGAN
- Injil hari ini telah dikupas pada hari Minggu, 28 Mei 2017 yang lalu. Maka bagus juga kalau Injil dan Renungan pada tanggal tersebut dibaca kembali. Bisa dibandingkan dengan Renungan berikut ini.
- Doa panjang pada Bab 17 Injil Yohanes ini disebut Doa Imam Agung Yesus. Kata perpisahan yang dibuat Yesus bukan semata-mata karena kematian-Nya, tetapi merupakan kepergian-Nya dari dunia ini kembali kepada Bapa setelah Ia menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepada-Nya. Dengan demikian doa ini merupakan doa syukur Yesus. Keakraban dan keintiman Yesus terhadap Bapa-Nya nampak dalam setiap kalimat dalam doa tersebut. Dalam doa ini, Yesus berbicara langsung kepada Bapa.
- Dalam doa ini Yesus menggunakan sikap berdoa: Ia menengadah ke langit dan menyebut Allah sebagai “Bapa.” Dalam doa ini Yesus membuat jarak dengan para murid-Nya, tetapi menunjukkan relasi yang akrab mendalam dengan Bapa. Bagi Yesus, “saat” yang ditunggu-tunggu telah tiba, di mana Yesus akan taat seutuhnya pada Allah, dan dalam ketaatan-Nya itu Allah akan dinyatakan dan dimuliakan. Yesus, sebagai Anak, telah menyatakan kehidupan kekal kepada semua orang yang bersedia menerimanya. Yesus telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini dan, sekarang, Ia kembali kepada Bapa untuk melengkapi karya kemuliaan.
- Yesus telah menyatakan Bapa sebagai Bapa dan Allah sebagai Allah yang cinta-Nya tak bersyarat dan bekelimpahan. Para murid telah mampu melihat Allah yang mewahyukan diri dalam Yesus. Karena Yesus tidak akan berada di dunia ini, maka Ia berdoa bagi mereka. Mereka diharapkan bersaksi terhadap mereka yang belum percaya bahwa Yesus berasal dari Allah dan bersama Allah.
- Doa bukan pertama-tama kata-kata, tetapi sikap. Hal ini yang ditunjukkan Yesus dalam doa-Nya: menyatu erat dengan Bapa. Bagi kita berarti doa dalam keheningan tanpa kata di hadapan Allah. Hening budi, hening hati, hening rasa. Yang ada hanyalah aku dan Tuhan. Maka dalam doa harus berani menyingkirkan halangan, baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari luar, terutama HP dan TV.
- Dalam doa, kita memuliakan Allah. Kemuliaan Allah menjadi sempurna ketika ada cinta kasih. Jadi effek atau hasil dari doa harus dapat dilihat dalam kasih yang nyata, dan diwujudkan dalam tindakan. Seperti itulah kehidupan Yesus.
- Dalam doa: apakah Anda lebih sering mengalami kekeringan rohani? Kalau ya, carilah sebabnya! Seberapa sering Anda melakukan doa hening tanpa kata? Jika jarang atau tidak pernah melakukannya, berlatihlah dengan tekun dan sabar!
(MS)