SABDA, Minggu Paskah III, 30 April 2017 KEBANGKITAN: MENGHADAPI REALITAS HIDUP DENGAN SEMANGAT BARU

BACAAN

Kis 2:14.22-33 – “Tidak mungkin Yesus tetap berada dalam kuasa maut”
1Ptr 1:17-21 – “Kamu t elah ditebus dengan darah mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak berdosa”
Luk 24:13-35 – “Mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti”

 

RENUNGAN

  1. Injil hari ini berbicara tentang penampakan Yesus kepada dua murid-Nya yang menuju Emaus. Injil Lukas ditulis tahun 80 untuk jemaat Kristen di Yunani yang berasal dari para penyembah berhala yang bertobat. Tahun 60-an dan 70-an merupakan tahun yang sangat sulit bagi jemaat-jemaat Kristen. Tahun 64 terjadi pembunuhan besar yang dilakukan oleh Nero. Tahun 70 Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh orang-orang Romawi. Tahun 72 terjadi pembantaian terhadap pemberontakan kaum Yahudi. Pada tahun-tahun itu, para Rasul, para saksi Kebangkitan pelan-pelan menghilang. Umat Allah merasa lelah dengan kejadian-kejadian tersebut. Penampakan kepada dua murid Emaus memberi jawaban terhadap semua penderitaan yang mencekam ini. Lukas mengajarkan kepada komunitas-komunitas Kristen bagaimana memaknai Kitab Suci agar supaya mampu menemukan kembali kehadiran Kristus dalam kehidupan setiap hari.
  2. Ay 13-24 – Langkah I: Melarikan diri dari realitas hidup. Yesus berjumpa dua sahabat yang sedang berada dalam situasi takut dan kurangnya iman. Salib dan kematian telah membunuh harapan mereka. Itu merupakan situasi umum umat Kristen jaman Lukas, dan juga sekarang. Yesus mendekati mereka dan berjalan di samping mereka. Ia mendengar pembicaraan mereka dan bertanya: “Apa yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Propaganda ideologis yang dilancarkan pemerintah dan pemuka agama menghalangi mereka untuk mampu melihat Yesus, walaupun Yesus bersama mereka. “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Mereka sedih dan kecewa. Harapan tidak terpenuhi.
    Langkah I tindakan Yesus: datang menyertai para sahabat-Nya, mendengarkan realitas yang mereka alami, dan merasakan masalah mereka.
  3. Ay 25-27 – Langkah II: Menggunakan Kitab Suci untuk menerangi hidup. Yesus menggunakan Kitab Suci dan sejarah umat Israel untuk menerangi masalah yang membuat dua murid tersebut menderita, dan menjelaskan situasi di mana mereka hidup. Ia juga menggunakan Kitab Suci untuk menempatkan mereka dalam seluruh rencana Allah mulai dari Musa dan para nabi. Dengan demikian Ia menunjukkan bahwa sejarah tidak bisa lepas dari tangan Allah. Dengan Kitab Suci, Yesus bertindak sebagai sahabat yang ingin membantu teman-teman-Nya dan mengingatkan mereka apa yang telah mereka lupakan. Yesus tidak mengkritik ketidaktahuan mereka, tetapi mencoba untuk membangkitkan memori mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!”
    Langkah II tindakan Yesus dapat disimpulkan: Dengan Kitab Suci membantu orang-orang untuk menemukan kebijaksanaan yang sebenarnya sudah ada dalam diri mereka, dan mengubah salib, sebuah tanda kematian, menjadi tanda kehidupan dan harapan. Apa yang menghalangi mereka dalam perjalanan, sekarang menjadi kekuatan dan terang bagi perjalanan mereka.
  4. Ay 28-32 – Langkah III: Berbagi dalam komunitas. Kitab Suci tidak dengan sendirinya membuka mata mereka, tetapi Kitab Suci telah membakar hati mereka. Yang membuat mata mereka terbuka dan melihat adalah pemecahan roti, berbagi, dan perayaan Perjamuan Malam. Saat mereka mengenal Yesus, mereka lahir baru dan Yesus menghilang. Kebangkitan menjadikan para murid mampu berjalan sendiri.
    Langkah III adalah sebagai berikut: tahu bagaimana menciptakan persaudaraan dalam iman, perayaan dan berbagi, di mana Roh Kudus bertindak. Yesus telah membuat mereka menemukan dan mengalami Sabda Allah dalam kehidupan dan yang memimpin kita untuk memahami pengertian Sabda-sabda Yesus (Yoh 14:26; 16:13).
  5. Ay 33-35 – Langkah IV: Hasil – Mengalami kebangkitan berarti kembali ke Yerusalem. Mereka berdua, dengan berani, kembali ke Yerusalem menghadapi realitas hidup, di mana kekuatan kematian, yang telah membunuh Yesus, dan membunuh harapan mereka, terus mengancam. Tetapi sekarang semuanya telah berubah: Yesus hidup. Dalam Dia dan bersama Dia ada kuasa yang lebih kuat daripada kuasa yang membunuh Dia. Pengalaman ini membuat mereka bangkit kembali dari keterpurukan. Sungguh semuanya telah berubah. Mereka berani menghadapi realitas dan tidak melarikan diri! Mereka beriman. Mereka memiliki harapan dan bukan keputus-asaan! Mereka memiliki kemerdekaan dan bukan penindasan! Mereka memiliki kehidupan dan bukan kematian! Itulah pengalaman hidup baru dalam Kristus, hidup dalam kepenuhan (Yoh 10:10). Itulah tanda bahwa Roh Kristus bertindak dalam diri mereka.
  6. Dengan selesainya perayaan Paskah, tidak dengan sendirinya segala tantangan dan kesulitan hidup hilang. Kita tetap saja akan mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan ini. Kita tetap akan dihadapkan pada tantangan membangun keluarga, mendidik anak, bahkan dihadapkan pada kesulitan membangun relasi dengan tetangga sebelah. Dengan kebangkitan, yang harus terjadi adalah SEMANGAT BARU dalam menghadapi hidup: selalu mempunyai pengharapan, yakin bahwa, dalam nama Yesus, semua kesulitan dan tantangan hidup akan bisa diselesaikan.

 

(MS)