SABDA, Rabu, 26-4-2017, ALLAH MENGASIHI SEMUA MANUSIA AGAR MEREKA BEROLEH HIDUP KEKAL

BACAAN

Kis 5:17-26 – “Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah, dan mereka mengajar orang banyak”
Yoh 3:16-21 – “Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia”

 

RENUNGAN

  1. Injil hari ini melanjutkan refleksi atas perjumpaan Yesus dengan Nikodemus. Tema refleksi adalah hubungan antara Allah dan dunia. Pernyataan-pernyataan yang sangat penting telah dibuat:
  • Allah mencintai dunia. Dalam Injil Yohanes, arti kata “dunia” banyak kali dipakai, bahkan sampai 78 kali dan banayak arti. Dalam Injil hari ini kata “dunia” berarti semua manusia. Allah mengasihi semua manusia sedemikian, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yang mati dengan mengerikan di kayu salib sebagai bukti cinta-Nya. Cinta Allah begitu total dan tanpa syarat bagi setiap ciptaan-Nya. Tetapi untuk mengalami kehidupan yang datang dari Allah melalui Yesus, kita harus percaya kepada-Nya, membuka diri kita terhadap-Nya, memberikan seluruh diri kita kepada-Nya dengan iman dan kepercayaan yang dalam.
  • Allah tidak mengutus Anak-Nya untuk menghukum dunia, tetapi menyelamatkannya melalui Dia. Kita harus sadar akan tindakan Allah ini. Kehendak Allah hanyalah mengasihi kita, dan kita harus bisa mengalami cinta Allah tersebut. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Ia menciptakan kita agar Ia bisa berbagi hidup dan kasih kepada kita untuk selama-lamanya.
  • Siapa pun yang sepenuhnya percaya kepada Yesus – dengan sepenuh hati, kata dan tindakan – menghindarkan diri dari penghakiman. Tetapi siapa pun yang tidak percaya, telah dihukum. Penghakiman tidak datang dari Allah tetapi dari pilihan yang kita buat. Dalam Prolog injil Yohanes dikatakan: “Terang datang ke dalam dunia, tetapi orang-orang lebih mencintai kegelapan daripada terang.” Banyak orang tetap memilih hidup dalam dosa-dosanya, daripada melepaskannya. Mereka telah membuat penghakiman atas dirinya sendiri.

2. Bukan Allah yang meninggalkan kita, tetapi kita yang meninggalkan Allah. Kita sendiri menjadi hakim atas hidup kita, ketika kita lebih memilih kegelapan daripada terang. Dengan demikian kita telah menjauh dari kasih Allah. Sebaliknya, setiap orang yang bertindak dalam kebenaran datang dari terang, dan tindakannya dibuat dalam nama Tuhan.

3. Bukanlah pengadilan Allah yang kita takuti, tetapi pilihan-pilihan kita sendiri yang dapat membawa kita lebih dekat dengan Allah atau menjauhkan kita dari Allah. Jadi tergantung dari pilihan kita sendiri: apakah kita berkehendak untuk selalu hidup dalam terang atau memilih kegelapan.

4.Maka penting bagi kita untuk merefleksikan sudut-sudut gelap dalam kehidupan kita – sekarang dan masa lampau – yang kita sembunyikan dari orang lain tetapi selalu muncul dan mengganggu hati kita. Orang yang hidup dalam terang, tidak ada sesuatu pun yang disembunyikan dan tidak perlu ada yang ditakutkan.

 

(MS)