NOVENA KERAHIMAN ILAHI, HARI KEENAM: KITA BERDOA BAGI JIWA-JIWA YANG LEMAH LEMBUT DAN RENDAH HATI SERTA JIWA ANAK-ANAK KECIL

Tuhan Yesus minta kepada Suster Faustina: “Hari ini, bawalah kepada-Ku jiwa-jiwa yang lemah lembut dan rendah hati serta jiwa anak-anak kecil, dan benamkanlah mereka dalam kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini paling menyerupai Hati-Ku. Di saat Aku menjalani sakratulmaut yang pedih , mereka menguatkan Aku. Aku melihat mereka sebagai malaikat di bumi, yang akan berjaga di dekat semua altar-Ku. Ke atas mereka, Aku mencurahkan seluruh limpahan rahmat. Hanya jiwa-jiwa yang rendah hati yang dapat menerima rahmat-Ku. Dengan kerahiman-Ku, Aku mengasihi jiwa-jiwa yang rendah hati” (BCH 1220).
Jiwa-jiwa yang lemah lembut dan rendah hati menjadi penghiburan bagi Yesus di kala Ia berada dalam sakratulmaut. Di mata Yesus, mereka ini adalah malaikat di bumi. Kepada mereka Tuhan mencurahkan seluruh limpahan rahmat, dan mengasihi mereka.
Faustina berdoa bagi mereka seperti diminta oleh Tuhan: “Terimalah dalam kediaman Hati-Mu yang maharahim semua jiwa yang lemah lembut dan rendah hati serta jiwa anak-anak kecil …” (BCH 1221)
Kepada Bapa, Faustina juga berdoa bagi mereka: “Bapa yang kekal, arahkanlah tatapan mata-Mu yang maharahim kepada jiwa-jiwa yang lembah lembut dan rendah hati, serta kepada jiwa anak-anak kecil, yang dihimpun di dalam Hati Yesus yang maharahim. …. Bapa yang maharahim dan mahabaik, berkat kasih-Mu terhadap jiwa-jiwa ini dan berkat kesukaan yang Engkau nikmati karena mereka, aku mohon kepada-Mu: berkatilah seluruh dunia, agar semua jiwa bersama-sama melambungkan madah kerahiman-Mu sepanjang segala abad. Amin” (BCH 1223).
Kerendahan hati seperti apa yang ditampakkan oleh Faustina kepada Tuhan? a) Menyadari kelemahan dan kehinaannya di hadapan Tuhan dan memandang dalamnya kerahiman Tuhan (BCH 56). b) Keinginan untuk menyembunyikan diri dari Tuhan bahwa dirinya sedang menderita, keinginan untuk tidak pernah mendapat penghargaan atas usaha-usahanya, ikut serta dalam penderitaan sesamanya (BCH 57). c) Selalu siap melayani para suster, tidak membicarakan orang-orang yang tidak hadir, membela nama baik sesama, dan bersukacita atas keberhasilan orang lain (BCH 241). d) Ia menyembunyikan diri dari pandangan manusia atas kebaikan apa pun yang ia lakukan sehingga hanya Allah yang boleh menjadi ganjarannya (BCH 255). e) Bersikap seperti apa adanya (BCH 1503). f) Tidak hanya tidak membela diri kalau dicela karena sesuatu, tetapi bersukacita karena direndahkan (BCH 270). g) Membiarkan orang lain menghakimi sesuka hatinya (BCH 791). h) Menanggung penderitaan dengan sukacita, khususnya penderitaan yang terjadi tanpa kesalahan pribadi (BCH 1152).
Jiwa-jiwa yang rendah hati di mata Tuhan: a) Yesus menemukan kenikmatan dalam hati yang murni dan rendah (BCH 532). b) Jiwa yang rendah hati sangat menyenangkan Allah (BCH 1083.1092). c) Berhadapan dengan jiwa yang rendah hati, murka Tuhan lenyap seketika (BCH 1436).
Tuhan Yesus bersabda: “Susungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Mrk 10:15). Jiwa yang rendah hati merupakan tuntutan mutlak bagi seseorang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Mengapa kita harus membenamkan mereka dalam kerahiman Tuhan? Agar mereka tidak jatuh ke dalam penggodaan, dan tetap teguh berdiri sampai Tuhan memanggil mereka. Mereka adalah orang yang menampilkan kehidupan surgawi di dunia ini. Dengan teladan mereka, kita bisa bercermin dan melihat hidup kita secara lebih terang.
Rasul Paulus memberi nasehat: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada diri sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp 2:2-4).

 

(MS)