NOVENA KERAHIMAN ILAHI, HARI KEDUA: BERDOA BAGI PARA IMAM DAN RELIGIUS
Tuhan Yesus berkata kepada Faustina:
“Hari ini, bawalah kepada-Ku jiwa-jiwa para imam dan kaum religius, dan benamkanlah mereka dalam kerahiman-Ku yang tak terhingga. Merekalah yang memberi-Ku kekuatan untuk menanggung Sengsara-Ku yang pahit. Lewat mereka, laksana lewat saluran-saluran, kerahiman-Ku mengalir kepada umat manusia” (BCH 1212).
S. Faustina menanggapinya dalam sebuah doa:
“Bapa yang kekal, dengan tatapan mata-Mu yang maharahim, pandanglah himpunan orang-orang terpilih yang bekerja di kebun anggur-Mu; pandanglah jiwa-jiwa para imam dan kaum religius; dan limpahilah mereka dengan kekuatan berkat-Mu. Dalam Hati Putera-Mu, mereka direngkuh; demi kasih Hati-Nya, berikanlah kepada mereka kekuatan dan terang-Mu supaya mereka dapat menuntun orang lain di jalan menuju keselamatan dan dengan sesuara memuji kerahiman-Mu yang tidak terbatas sepanjang segala abad. Amin” (BCH 1213).
Mengapa kita harus mendoakan mereka?
Ada beberapa alasan: 1) Mereka adalah “dua permata” yang sangat berharga di hati Tuhan (BCH 531). 2) Martabat mereka yang tinggi sekaligus memiliki tanggung jawab yang berat, tetapi banyak dituntut (BCH 941). 3) Tuhan Yesus melindungi dan bersatu erat dengan mereka (BCH 1240).
Tugas-tugas mereka menurut buku harian Faustina:
1)Seorang imam bertindak sebagai Pembimbing Rohani. Dengan tugasnya itu, ia memiliki kuasa yang besar atas jiwa seseorang. Ia merupakan rahmat yang luar biasa dari Allah bagi Gereja (BCH 721). “Begitu mudah orang tersesat apabila tidak memiliki seorang pembimbing rohani” (BCH 61). 2) Seorang imam menjadi kepanjangan kerahiman Allah. Para imam diharapkan menyampaikan kerahiman Allah kepada orang-orang berdosa yang keras hati agar bertobat (BCH 1521). 3) Ia sebagai Bapa Pengakuan. Ia mendengarkan dosa-dosa dan mengarahkan jiwa untuk bertobat dan kembali pada Tuhan. 4) Imam sebagai penyambung lidah Allah untuk menyampaikan firmanNya. Yesus berpesan kepada Sr. Faustina: “Dengarkanlah sungguh-sungguh kata-kata imam ini dan renungkanlah dalam lubuk jiwamu”
Apakah hidup semua imam dan religius seperti dikehendaki Tuhan? “Tuhan Yesus mulai mengeluh tentang jiwa-jiwa para religius dan para imam, tentang kurangnya cinta dalam jiwa-jiwa terpilih. … Jiwa-jiwa itu tanpa cinta dan kesalehan, penuh egoisme dan cinta diri, penuh dengan kesombongan dan kecongkakan, penuh dengan tipu muslihat dan kemunafikan, suam-suam kuku (BCH 1702). Sekarang ini, para imam dan religius lebih asyik dengan hp-nya dari pada membaca buku-buku bermutu, mereka lebih menekuni hobinya daripada menyiapkan kotbah. Tidak banyak imam yang mampu menjadi Bapa Rohani, Pemberi Retret, dan Bapa Pengakuan yang berkualitas. Mereka menempatkan diri sebagai Pejabat Gereja, bukan sebagai pelayan umat. Karena tugas-tugas dan kelemahan-kelemahan mereka, maka sudah seharusnya kita berdoa bagi mereka, secara pribadi maupun kelompok, supaya mereka benar-benar menjadi imam atau religius seperti dikehendaki Tuhan.
Alangkah indah dan mulianya jika seorang imam memiliki dan menghayati Devosi Kerahiman Ilahi. Dengan harapan: kerahiman Tuhan menjadi way-of-life, artinya: seluruh kata, tindakan, dan hidupnya merupakan cerminan Allah yang maharahim dan membaginya kepada seluruh umat yang dilayaninya.
(MS)