(8) DOSA DAN CINTA

“Jangan biarkan dosa-dosa sekecil apapun mengaburkan cinta Tuhan kepadamu…”

”Dalam meditasiku mengenai dosa, Tuhan memperlihatkan kepadaku betapa jahatnya dosa dan sikap tidak tahu terima kasih yang ada di dalamnya. Dalam jiwaku aku merasakan kejijikan yang besar bahkan terhadap dosa yang paling ringan sekalipun. Tetapi, kebenaran-kebenaran abadi yang aku renungkan menjadi begitu jelas sehingga tidak meninggalkan satu bayanganpun tentang kebimbangan atau kegelisahan dalam jiwaku. Dan meskipun aku sangat memperhatikannya, kontemplasiku tidak terganggu olehnya. Dalam kontemplasi ini, bukan getaran-getaran hati yang aku alami, tetapi keteduhan damai dan keheningan yang mengagumkan. Meskipun kasihku berkobar-kobar, aku mengalami suatu ketenangan yang luar biasa, bahkan penyambutan Ekaristi tidak membangkitkan perasaan, tetapi mengantar aku ke dalam kesatuan mesra di mana kasihku dan kasih Allah lebur menjadi satu.” (BCH 1334)

Kitab Bacaan Suci: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:9).

Pokok Renungan:

      Dalam BCH no 1334 ini St. Faustina, dalam meditasinya, menyadari realitas dosa: 1) Betapa jahatnya dosa. 2) Kejijikan terhadap dosa yang paling ringan sekalipun. Pada kesempatan lain, ia juga menyadari realitas dosa ini: 1) Pelanggaran-pelanggaran kecil ibarat ngengat yang berusaha menghancurkan kehidupan rohani dalam hidup kita (BCH 306). 2) Segala kedengkian, kecemburuan, dan kemunafikan yang diselubungi dengan senyum kehendak baik adalah setan-setan kecil yang licik (BCH 633). 3) Dosa merupakan suatu kejijikan yang luar biasa (BCH 866). 4) “Dosa-dosa berat sedang dilakukan tidak jauh dari pintu biara kami” (BCH 1274). 5) Tuhan benci akan dosa yang paling kecil sekalipun (BCH 1728).

Kerahiman Allah yang tanpa batas tidak menutup pintu terhadap para pendosa yang bertobat: “Orang-orang berdosa jangan takut menghampiri Aku” (BCH 50. 1396). Bagi para pendosa berat yang menyesal dengan tulus hati, Tuhan adalah Sang Kerahiman. Semakin berat kejahatan pendosa, semakin besar haknya untuk mendapatkan kerahiman Allah (BCH  423. 723). Para pendosa yang paling jahat, memiliki hak untuk mengharapkan samudra kerahiman Tuhan (BCH 1146). Ketika seorang pendosa menyesal, kemurahan Tuhan terhadapnya tidak terbatas (BCH 1728).

Pengampunan Tuhan dan belaskasihNya merupakan tema sentral dalam seluruh Kitab Suci. Tetapi supaya kita mendapat pengampunan dari Allah, kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita: “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, BapaMu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi  jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat 6:14-15). Yesus tidak pernah mengungkit kembali dosa dan kesalahan para muridNya. Dia membiarkan mereka berproses bersama diriNya menuju kesempurnaan.

Tanda orang yang bertobat dan berjumpa dengan Tuhan adalah suka cita dan tidak mau berhenti untuk menceriterakan kebaikan dan cinta Tuhan. Para murid pertama ketika dipanggil Tuhan, mereka “segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia” (Mat  4:20.22). Demi membahagiakan Yesus, St. Faustina berbicara kepada dunia mengenai Kerahiman Tuhan (BCH 1164.491.635). Ia berusaha untuk “memenangkan jiwa-jiwa bagiNya lewat doa, pengurbanan, mendorong untuk mengandalkan Kerahiman” (BCH 1690).

Pertanyaan penting bagi kita yang berdevosi kepada Kerahaiman Ilahi: Sejauh mana kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sejauh mana hidup kita telah diubah menjadi baru, dan hidup kita telah mewujudkan Kerahiman Tuhan? Sejauah mana keterlibatan kita dalam penyebaran devosi ini?

 

(MS)