(4) HAUS DAN RINDU AKAN TUHAN

“Lebih dalam lagi kurindu Kau Tuhan, lebih dari segala yang ada. Lebih dalam lagi kucinta Kau Yesus, kumengasihiMu..”

”O Yesusku, kalau Engkau sendiri tidak meredakan kerinduan jiwaku tak seorangpun dapat menghibur atau meredakannya. Setiap pendekatanMu membangkitkan pesona cinta dalam jiwaku, tetapi juga mengakibatkan suatu sakratulmaut yang baru; sebab meskipun begitu sering Engkau menghampiri jiwaku, bahkan dengan cara yang paling istimewa, aku masih tetap mencintaiMu dari kejauhan, dan hatiku hanya bisa tenggelam dalam ekstase cinta; sebab kesatuan ini belumlah kesatuan yang penuh dan kekal meskipun sering kali Engkau menyatukan diri dengan aku tanpa sekat selubung (seolah dari muka ke muka). Dengan itu ya Allahku, Engkau justru membuka dalam jiwa dan hatiku suatu jurang cinta dan kerinduan akan Dikau dan jurang yang menganga amat lebar ini, kerinduan total kepada Allah ini, tidak dapat sungguh-sungguh dipenuhi di bumi ini. (BCH 1600)

Bacaan Kitab suci: “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah” (Mzm 42:1)

Pokok Renungan:

      Kerinduan terbesar St. Faustina adalah berada dalam kesatuan dengan Allah (BCH 954). Dalam doa dan aktifitasnya setiap hari, jiwa St. Faustina selalu  bersatu dengan Allah. Ia menuliskan pengalamannya: “Aku disatukan dengan Tuhan sedemikian erat, sehingga aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk mengungkapkan dengan tepat kesatuan itu. … segala sesuatu yang dimiliki Allah, segala harta dan kekayaan, menjadi milikku … (BCH 454. 1279). St. Faustina mengalami kesatuan jiwa dengan ketiga pribadi ilahi (BCH 472). Kesatuan jiwa dengan Allah membawa damai, suka cita dan pesona. Ia memperoleh kekuatan untuk menderita (BCH 480). Ia mampu memiliki kesatuan dengan Allah karena kerendahan hati dan kasih yang bernyala terhadap Yesus (BCH 587).

Kesatuan jiwa St. Faustina dengan Yesus sama dengan kesatuan Yesus dengan BapaNya: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:38). Dalam kesatuannya dengan Tuhan ini, St. Faustina menjadi rasul Kerahiman yang efektip. Para rasul Yesus telah mengalami kesatuan dengan Allah dalam Roh Kudus pada saat Pentakosta. Mereka menjadi rasul yang gagah berani, siap menyerahkan nyawa demi Salib Tuhan.

Sejauh mana kerinduan kita kepada Allah? Sejauh mana kesatuan kita dengan Allah? Kerinduan dan kesatuan dengan Allah akan terlihat dalam hidup kita: 1) Jika kita semakin rendah hati, baik di hadapan Tuhan maupun orang lain. 2) Jika kita menjadikan Sabda Tuhan, doa, Ekaristi, dan sakramen Tobat sebagai sarana yang mampu mengubah perilaku hidup kita. 3) Jika kita memiliki kasih tanpa pamrih. 4) Jika kita sudah mampu mengampuni seperti Allah mengampuni kita. 5) Jika kita selalu siap untuk memberitakan Kabar Sukacita Tuhan yang kita alami kepada siapa saja.

Di hadapan Tuhan, kita selayaknya berdoa: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mzm 63:2).

 

(MS)