SABDA, Senin, 3-4-2017, SILAHKAN IA YANG TIDAK BERDOSA MELEMPARKAN BATU

BACAAN

Yoh 8:1-11 – “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini”

 

RENUNGAN

  1. Sesudah diskusi tentang asal-usul Mesias, yang dilukiskan dalam Bab 7 (Yoh 7:37-52), “mereka pulang, masing-masing ke rumahnya” (Yoh 7:53). Karena Yesus tidak memiliki rumah di Yerusalem, maka Ia pergi ke bukit Zaitun. Ia berdoa di sana (Yoh 18:1). Pagi-pagi benar, Yesus sudah berada lagi di Bait Allah untuk mengajar.
  2. Para ahli Kitab menyiapkan jebakan untuk Yesus dengan menghadirkan seorang perempuan yang melakukan perjinahan. Menurut hukum, wanita tersebut harus dilempari batu sampai mati (Ul 22:22.24). Untuk menjebak Yesus, mereka bertanya: “Apakah pendapatmu tentang hal itu?” Kalau Yesus menjawab: laksanakan menurut hukum, berarti Ia membunuh wanita malang itu. Tetapi jika ia berkata: Jangan membunuh, maka Yesus melawan hukum. Mengatas-namakan kesetiaan terhadap Allah, mereka memanipulasi hukum dengan menggunakan seorang wanita agar supaya ada alasan menuduh Yesus.
  3. Menanggapi mereka, Yesus sama sekali tidak takut dan tidak nervous. Dengan tenang, Yesus membungkuk ke tanah dan menulis dengan jarinya. Justru para musuh Yesus yang mulai takut dan nervous. Mereka sangat mendesak agar Yesus memberikan pendapatNya. Yesus berdiri dan berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Dengan kalimat tersebut, Yesus minta supaya mereka mengaca diri dalam terang hukum, atas apa yang mereka tuntut.
  4. Reaksi dan tanggapan Yesus membuat para musuhnya pergi, mulai yang paling tua. Mereka kalah, dan pergi dengan rasa malu, tetapi mereka tetap menghendaki bahwa Yesus harus dilenyapkan. Yesus berkata kepada perempuan itu: “di manakah mereka? Tak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Para ahli Kitab cenderung dan berusaha menghukum, sedangkan Yesus mengampuni dan mengembalikan seseorang menjadi penuh dan utuh. Dalam kisah ini, Yesus adalah Terang, yang membuat kebenaran bersinar.
  5. Kalau kita menempatkan diri sebagai wanita tertuduh tadi, apakah perasaan kita saat itu? Apa langkah yang harus kita buat, agar kita bisa menerima orang-orang yang disingkirkan?

 

(MS)