SABDA, Jumat, 24-3-17, HUKUM YANG PERTAMA DAN UTAMA

BACAAN

Hos 14:2-10 – “Kami tidak akan berkata lagi “Ya Allah kami” kepada buatan tangan kami”
Mrk 12:28b-34 – “Tuhan Allahmu itu Tuhan yang esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu”

 

RENUNGAN

  1. Dalam Injil hari ini, para ahli Kitab dan para ahli Hukum ingin tahu jawaban dari Yesus: hukum mana yang terbesar dari semuanya. Orang sekarang juga bertanya: apa yang paling penting dalam agama. Orang rajin beribadah, tetapi membenci, menjatuhkan, dan mendiamkan saudaranya. Orang ini beragama, tetapi tidak beriman.
  2. Sebelum para ahli Kitab bertanya, Yesus berdiskusi dengan orang-orang Saduki tentang kebangkitan (Mrk 12:23-27). Jawaban Yesus terhadap orang-orang Saduki tersebut telah menyenangkan para ahli Kitab, maka mereka langsung mengajukan pertanyaan: “Hukum manakah yang paling utama?” Pada waktu itu orang Yahudi memiliki sangat banyak norma untuk mengatur pelaksanaan Sepuluh Perintah Allah. Masing-masing orang atau kelompok memiliki jawaban sendiri-sendiri mana yang utama. Maka para ahli Kitab ingin tahu apa yang Yesus pikirkan.
  3. Yesus menjawab: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul 6:4-5). Pada jamannya Yesus, orang-orang Yahudi yang saleh selalu mengucapkan kalimat tersebut 3 kali sehari: pagi, siang, dan sore. Sama seperti kalau kita mengucapkan doa Bapa Kami. Dan Yesus menambahkan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Imamat 19:18). Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Singkat tetapi dalam. Kedua hukum tersebut merupakan ringkasan dari segala yang diajarkan Yesus (Mat 7:12).
  4. Para ahli Hukum setuju dengan Yesus dan menyimpulkan: “Mengasihi Dia dengan segenap hati …. dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan” (ay 33). Untuk sekarang, kita harus mengatakan bahwa melaksanakan kasih nyata jauh lebih penting daripada novena, jiarah, ataupun khotbah.
  5. Yesus meneguhkan mereka dengan menyimpulkan: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Artinya, para ahli Kitab tidak jauh dari Roh Kabar Gembira. Mereka masih perlu satu langkah lagi, yaitu mengikuti Yesus dan terlibat aktip dalam karya Kerajaan Allah.
  6. Nyata sekali bahwa Kerajaan Allah merupakan kesatuan dua cinta: cinta terhadap Allah dan cinta terhadap sesama. Karena Allah sebagai Bapa, maka kita semua adalah saudara. Dan kita harus mewujudkan hal ini dalam hidup berkomunitas kita masing-masing. “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:40).
  7. Rasul Paulus melukiskan madah kasih dengan sangat indah, dan akhirnya ia menyimpulkan: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1Kor 13).
  8. Kita, para murid Kristus, hendaknya menyimpan hukum tersebut dalam pikiran, dalam hati, dalam tangan dan kaki kita, karena seseorang tidak bisa mencapai Kerajaan Allah tanpa menyerahkan diri secara total kepada sesamanya. Saat ini, seberapa jauh kita dari Kerajaan Allah?

 

(MS)